FalyaNow my-Falya is... Lilypie Kids birthday PicAnd my-Khayra is...
Tulisan di blog ini hanya merupakan sharing dari saya. Tidak bermaksud menggurui siapapun. Jika bermanfaat, alhamdulillah. Jika tidak sesuai dengan pendapat Anda, saya mohon maaf dan agar dilupakan saja. Terima kasih...
Usia Sel Menjadi Muda Berkat Herbalife
Sunday, March 17, 2013
Usia Sel Menjadi Muda Berkat Herbalife
Tidak menyangka dan tidak dinyana...(hehehe...bahasanya....) umur sel Papi sudah setara dengan umurnya horeeeee....... Dan ini hanya dlam 2.5 bulan setelah mengkonsumsi HERBALIFE dengan RUTIN dan SERIUS.  Tidak hanya itu beratnya kembali turun ke angka 74kg dari sebelumnya 2.5 bulan lalu di angka 83kg.

Sebenarnya papi sudah mengkonsumsi Herbalife sejak Agustus 2011 dan turun sebanyak 10 kg dalam 2 bulan.  Begitu  beratnya sudah lumayan, kembali papi tidak rutin mengkonsumsi Shake, tidak pernah mau minum tablet Herbalife, bandel pokoknya.  Alhasil kembali mengkonsumsi makanan berlemak sehingga dalam setahun beratnya kembali naik 5 kg menjadi 83 kg (masih untung ‘hanya’ naik 5kg hehe...).   Kembali sadar setelah ditimbang dengan timbangan khusus TANITA untuk mengetahui kadar lemak, kadar air, usia sel, lemak perut dan massa otot.  Semuanya di luar angka normal dan bikin shock usia selnya diangka 49 tahun padahal umur papi ‘baru’ 40 tahun, artinya sel di badannya 9 tahun lebih tua.  Langsung deh dia tancap gas untuk SERIUS mengkonsumsi Herbalife. Dalam waktu 1 bulan beratnya turun 5kg dan usia sel turun menjadi 45 tahun.  Sekarang 2.5 bulan setelah RUTIN minum beratnya sudah 74 kg, ukuran jeans turun dari 36 menjadi 34 dan baju dari XL menjadi L.  Dan yang menggembirakan usia selnya di angka 39 tahun...  Yippieeee......

Terbukti kannnnn Herbalife meremajakan sel-sel di badan... membuat lancar metabolisme , membuat langsing dan sehat.... Alhamdulillah....

Bagi yang mau saya timbang terutama yang berdomisili di sekitar Apartemen Permata Executive Jl.Pos Pengumben Jakarta Barat, segera hubungi saya yaaa.....
 

Widifayra
MAU TURUN BERAT BADAN??? MAU LANGSING???

Awali Dengan SARAPAN SEHAT

Silahkan email/BBM/Whatsapp ke saya di:

akulangsing@gmail.com
PIN BB 25D2C485 (Widi) atau 29F17298 (Khaerul)
08999-120-899 / 0813-8802-7272 / 0819-555-1188
whatsapp : +62-899-9120-899 atau +62-819-555-11-88

Labels: , , ,


posted by Widifayra @ 11:02 am   4 comments
Quiter Can Win
Saturday, March 16, 2013
Quiter Can Win
Saya sangat suka membaca artikel-artikel yang ditulis bapak Adi W.Gunawan.   Salah satu artikel yang saya suka adalah artikel ini.    Dulu saya juga seriiiinngggg mendengar ungkapan ini  "Winners never quit and quitters never win", biasanya disampaikan okeh para motivator suatu bisnis.  Apa iya???

Sejak awal saya tidak sependapat dengan ungkapan ini.  Aneh ya, jika kita berada dalam suatu lingkungan dimana kita sudah tidak mendapat suatu hal yang bermanfaat dari lingkungan tersebut, masa iya kita harus terus bertahan???   Sampai kapan?   Alasannya karena nanggung, haha... 

Saya sudah beberapa kali quit dari suatu lingkungan di mana saya sudah tidak merasa nyaman menjalaninya.  Dulu saya pernah ikut suatu bisnis, namun setahun kemudian koq saya tidak comfort dengan bisnis itu dan akhirnya saya Quit.  Menyesal? tentu tidak, selain saya tidak atau belum mendapatkan keuntungan finansial apapun dari bisnis itu saya pun tidak comfort dengan systemnya.  Saya pun pernah quit dari kantor dan pernah quit dari bisnis yang sudah saya tekuni selama 4 tahun.  Alasannya tentu macam-macam, intinya sih karena sudah tidak nyaman.   Tentunya urusan finansial juga berpengaruh.  Contohnya waktu saya quit dari kantor.  Hitung-hitungannya sudah tidak masuk lagi dibandingkan dengan pengorbanan saya meninggalkan anak-anak di rumah.  Namun Alhamdulillah Allah kemudian menggantinya dengan penghasilan dari bisnis.  Lalu bisnis yang saya sudah tekuni  tahun 4 tahun dan masih memberikan keuntungan yang sangat lumayan pun saya tinggalkan.  Yupp karena passion saya bukan di sana, dan lagi ada hal yang pribadi yang membuat saya pikir tidak lagi bisa membesarkan bisnis itu.  Bisnisnya mandeg walau masih profit.

Jadi bagi saya, apa yang salah jika quit dari suatu kantor atau suatu bisnis atau suatu lingkungan.  Setiap orang tentunya akan mencari kenyamanan, entah itu dari sisi finansial maupun batin, ukurannya berbeda-beda setiap orang.  Quit untuk mendapatkan yang lebih baik, why not?  Biasanya kita gampang quit jika passion kita terhadap pekerjaan atau bisnis tidak di situ.  Oleh karenanya tentukan passion Anda dan selaraskan dengan pekerjaan atau bisnis yang akan Anda tekuni.

Berikut artikel dari Pak Adi W.Gunawan yang saya copas dari http://www.adiwgunawan.com/?p=article&action=shownews&pid=28

Pembaca, saya yakin anda pasti pernah mendengar ungkapan, "Winners never quit and quitters never win", yang jika diterjemahkan menjadi, "Pemenang tidak pernah berhenti (mencoba) dan pecundang tidak akan pernah menang (karena berhenti mencoba)".

Tahukah anda siapa tokoh terkenal yang mendeklarasikan pernyataan di atas? Benar sekali. Beliau adalah Vince Lombardi, pelatih sepakbola Amerika yang mashyur.

Mungkin anda juga pernah mendengar perdana menteri Inggris, saat perang dunia kedua, Sir Winston Churchill berkata, "Never, never, never quit".

Nah, pertanyaan saya sekarang adalah, "Apakah anda yakin dan percaya serta menerima sepenuhnya apa yang dikatakan oleh kedua tokoh ini?"

Saya dulu sangat percaya. Bahkan saya menambahkannya dengan pernyataan, "Sukses diukur bukan dari tingginya pencapaian. Sukses diukur lebih berdasarkan seberapa besar hambatan yang berhasil kita atasi dalam proses mencapai sukses" dan "Tidak penting berapa kali anda jatuh, yang penting adalah berapa kali anda bangkit kembali setelah anda jatuh".

Lengkaplah sudah keyakinan saya ini. Berbekal keyakinan ini saya membuat keputusan untuk terus maju tak gentar membela yang benar... eh salah.. tak gentar menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan dalam proses menuju sukses yang saya idamkan.

Setiap kali saya ingin berhenti, selalu tidak bisa. Mengapa? Ya itu tadi. Katanya, "Winners never quit and quitters never win". Jika saya berhenti maka saya menjadi seorang pecundang. Wah... siapa yang mau jadi pecundang? Karena tidak mau dikatakan sebagai pecundang inilah yang membuat saya terus maju tak gentar, selama tujuh tahun, mengejar impian tanpa melakukan analisis kritis terhadap situasi dan kondisi kehidupan pribadi saya. Saya menggunakan jurus "pokoke". Pokoke maju terus.

Semua ini diperparah lagi dengan kepercayaan "Tidak ada orang gagal. Semua orang pada dasarnya orang sukses. Mereka gagal karena mereka berhenti terlalu cepat". Ck.. ck.. ck... betapa berbahayanya kepercayaan ini.

Nah, pembaca, setelah mendengar sekilas kisah saya, dan melihat judul artikel ini saya yakin anda pasti tahu ke mana arah pembahasan yang akan saya lakukan. Sebelum saya teruskan saya ingin bertanya kepada anda. Anda jawab jujur ya. Apakah anda juga pernah atau sedang  mengalami hal yang sama seperti yang saya alami? Bersyukurlah bila anda belum. Bersyukurlah juga bila ternyata anda telah mengalaminya seperti saya. He..he..anda tidak sendirian.

Pertanyaan kritis yang seharusnya kita ajukan adalah, "Benarkah winners never quit and quitters never win?" Bagaimana kalau pernyataan Vince Lombardi di atas kita plesetkan sedikit menjadi "Quitters can win if they know the right reasons, the right way,and the right time to quit ".

Saya mendapat banyak email dan sms dari pembaca buku saya. Saya melihat satu pola yang sama yaitu umumnya mereka berkeluh kesah mengenai hidup mereka. Ada juga yang mengeluh mengenai bisnis yang sedang mereka jalankan. Bisnis ini telah dijalani selama beberapa tahun tapi belum membuahkan hasil seperti yang mereka inginkan. Mereka sangat ingin berhenti tapi nggak bisa. Alasannya nanggung nih... sudah dijalankan beberapa tahun. Kan sayang kalau berhenti di tengah jalan. Waktu saya kejar lebih jauh ternyata mereka meyakini apa yang telah saya uraikan di atas. Intinya, jika berhenti mereka akan menjadi pecundang. Benarkah seperti itu?

Keengganan berhenti atau quit  juga terjadi di aspek kehidupan lain. Ada seorang rekan yang telah menjalin hubungan dengan seseorang pria selama hampir sepuluh tahun, dan dia tahu hubungan ini tidak akan ke mana-mana, dan dia tahu pacarnya ini bukan tipe pria yang bertanggung jawab, namun ia tidak berani quit atau memutuskan untuk putus. Waktu saya tanya apa alasannya kok nggak berani putus dan cari pasangan lain yang lebih cocok, jawaban yang saya terima sungguh mengejutkan saya, "Lha, saya kan sudah pacaran hampir sepuluh tahun. Kalau harus memulai dari awal lagi rasanya berat bagi saya. Selain itu usia saya sekarang juga sudah hampir 30 tahun. Sulit mencari pasangan dengan usia saya sekarang ini. Rugi dong kalo saya berhenti sekarang".

Wah... ini jawaban yang kurang pas. Menikah kan untuk seterusnya. Lha, kalau ternyata waktu pacaran saja sudah begini modelnya trus.. mau jadi apa nanti waktu sudah menikah? Saya hanya bisa geleng-geleng kepala saja karena bingung. Kalau dilihat sepintas rekan saya ini tampaknya nggak mau rugi. Mungkin masa pacaran yang sudah sepuluh tahun ini dianggap sebagai masa investasi. Dengan demikian ia telah menghitung ROI (return on investment) dan berapa potential loss yang mungkin terjadi jika ia quit.

Pembaca, apakah kita boleh quit?

Tentu boleh. Siapa yang berhak melarang? Kan ini hidupnya kita sendiri. Kita mau quit atau terus itu urusan kita. Orang lain nggak boleh ikut campur. Satu hal yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh yaitu saat kita quit, kita harus quit dengan alasan yang tepat. Tidak asal quit.

Untuk yang ini saya serahkan sepenuhnya pada anda. Kita harus jujur pada diri sendiri. Apakah kita quit karena kita memang malas, tidak termotivasi, tidak tahan menderita, kurang ulet, ataukah kita quit karena kita, setelah bekerja sangat keras dan berusaha dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, melakukan whatever it takes, massive action dengan burning desire, sampai pada satu kesimpulan bahwa apa yang kita lakukan ternyata tidak sejalan dengan value atau nilai-nilai hidup kita.

Quit di sini jangan diartikan hanya untuk orang yang belum berhasil mencapai sesuatu. Quit yang saya uraikan di sini juga berlaku bagi mereka yang sebenarnya telah berhasil mencapai kesuksesan pada level tertentu namun merasa hambar dengan hidup mereka.

Saya pernah membaca kisah seorang financial consultant, di Jakarta, yang sangat sukses dengan karirnya, pada usia 40 tahun, memutuskan untuk quit dan banting setir menjadi seorang pelukis. Benar, anda tidak salah baca, menjadi seorang pelukis.

Tentu tidak mudah melakukan hal ini. Banyak kawannya yang berkata bahwa ia gila karena meninggalkan karir yang begitu cemerlang, karir yang telah memberikan hasil yang begitu besar, khususnya di aspek finansial. Namun apa jawaban si financial consultant ini? "Saya merasa jauh lebih tenang, damai, dan bahagia dengan menjadi seorang pelukis. Ini adalah impian yang saya kubur sekian lama. Sekarang saya telah menjadi orang yang bebas mengekspresikan diri saya sendiri" jawabnya lugas.

Nah, pembaca, pada contoh di atas, yang terjadi adalah seringkali seseorang mendaki tangga kesuksesan, dan setelah mencapai puncak tangga, ia baru sadar ternyata tangganya bersandar di tembok yang salah. Nah, kalau begitu apa yang harus dilakukan? Ya banting setir seperti si financial consultant ini.

Mengapa sampai bisa terjadi tangga bersandar di tembok yang salah dan kita tidak tahu atau menyadarinya? Jawabannya sangat sederhana.

Apa itu?
Kebanyakan kita tidak merancang hidup dengan hati-hati dan saksama. Manusia pada umumnya menjalani hidup asal-asalan. Mereka tidak punya peta kehidupan yang akan mereka jalani. Bagaimana caranya agar bisa punya peta kehidupan? Ya, kita rancang sendiri, dong.

Bagaimana cara merancang peta kehidupan?
Di berbagai buku pengembangan diri, seminar motivasi, seminar sukses, dan berbagai program video yang saya pernah pelajari, umumnya kita diminta untuk membuat daftar impian tertulis. Impian ini harus lengkap meliputi berbagai aspek kehidupan. Ada aspek spiritual, finansial, bisnis-karir, materi, sosial, keluarga, kesehatan fisik dan mental. Sayapun dulunya melakuan hal yang sama dengan yang dianjurkan.

Namun seiring dengan berkembangnya kesadaran diri melalui proses pembelajaran dan perjalanan hidup, saya akhirnya menyadari satu hal yang selama ini luput dari perhatian saya. Ternyata untuk menyusun impian tidak asal susun. Pemahaman yang saya dapatkan, dan ini yang sekarang saya bagikan kepada para peserta seminar, workshop, dan kepada khalayak ramai melakui buku-buku yang saya tulis, yaitu menyusun impian yang benar hanya bisa dilakukan dengan satu syarat. Dan syarat inilah yang selama ini tidak diperhatikan kebanyakan orang.

Apa itu?
Langkah awal menyusun impian adalah dengan mencari tahu, menetapkan, dan menyusun nilai-nilai hidup (value).
Lho, mengapa value? Kok bukan berdasar pendidikan yang kita jalani?

Value adalah apa yang kita yakini sebagai hal yang penting bagi hidup kita. Value berperan sebagai kompas yang mengarahkan perahu kehidupan kita. Jika dihubungkan dengan cerita mengenai "tembok yang salah" maka yang dimaksudkan dengan "tembok" sebenarnya value.
Dengan value sebagai fondasi maka impian yang disusun tidak akan menyimpang dari tujuan hidup kita. Dengan demikian saat kita mencapai puncak kesuksesan kita justru akan semakin semangat dan bahagia. Untuk mengukur pencapaian seseorang sebenarnya bisa dilihat dari seberapa bahagia kita saat kita mencapai impian.

Mengapa bukan berdasar pendidikan formal kita?
Karena ada begitu banyak orang yang salah jurusan, saat kuliah di perguruan tinggi. Saya pernah memberikan konseling pada seorang wanita, dokter umum usia 29 tahun, yang sedang mengambil spesialisasi menjadi dokter tulang (orthopedist). Wanita ini mengaku bahwa ia sebenarnya tidak suka dengan jurusan yang saat ini ia tempuh. Ia merasa letih sekali. Padahal ini baru di tahun pertamanya.  Waktu saya tanya, mengapa kok diteruskan, kok nggak berhenti saja?  Jawabannya, sama seperti jawaban yang biasa saya terima, "Sudah kepalang basah, Pak. Kalo berhenti sekarang, trus... ngapain saya kuliah di kedokteran umum?"
"Lho, dulu kok bisa milih masuk kedokteran?" tanya saya lagi.
"Ya, soalnya katanya Om saya, kalo jadi dokter, hidupnya enak" jawabnya.
"Trus... kenapa kok pilih tulang, kok bukan spesialis yang lain?" kejar saya.
"Sebenarnya saya lebih suka jadi spesialis anak. Tapi jurusan ini sangat sulit dimasuki. Saya sudah coba tapi nggak bisa. Saya hanya dapat kesempatan spesialisasi tulang. Daripada nggak bisa kuliah lagi, ya saya masuki saja", jawabnya enteng.

Kisah ini sangat berbeda dengan kisah kawan saya, Lan Fang, di Surabaya. Lan Fang dulunya adalah seorang agen asuransi yang sangat berhasil. Namun hatinya selalu gelisah. Ia merasa asuransi bukan dunia yang sesuai dengan panggilan hatinya. Lan Fang senang menulis. Sambil menjadi agen asuransi ia telah menulis beberapa novel yang ternyata sangat berhasil.

Cukup lama Lan Fang bimbang. Ia dipersimpangan jalan. Namun setelah menimbang-nimbang, setelah melakukan perenungan mendalam, Lan Fang akhirnya memutuskan untuk mengikuti suara hatinya, menjadi seorang penulis buku, full time.

Banyak yang menyayangkan Lan Fang berhenti sebagai agen asuransi mengingat potensinya yang sangat luar biasa. Namun Lan Fang memutuskan quit dengan alasan yang tepat, di saat yang tepat, dan dengan exit strategy yang tersusun dengan baik dan matang.

Sampai saat ini Lan Fang telah menulis delapan novel. Diantaranya Reinkarnasi, Laki-laki Yang Salah, Perempuan Kembang Jepun, dan Kota Tanpa Kelamin.

So... siapa bilang quitters never win? Seringkali the real winner adalah mereka yang berani quit. Dan the real loser justru mereka yang bersikeras berkata, "Never, never, never quit". Anda perlu hati-hati agar tidak menjadi winner di antara para loser karena anda adalah yang paling tidak mau quit.

Widifayra
MAU TURUN BERAT BADAN??? MAU LANGSING???

Awali Dengan SARAPAN SEHAT

Silahkan email/BBM/Whatsapp ke saya di:

akulangsing@gmail.com
PIN BB 25D2C485 (Widi) atau 29F17298 (Khaerul)
08999-120-899 / 0813-8802-7272 / 0819-555-1188
whatsapp : +62-899-9120-899 atau +62-819-555-11-88

Labels: , , , , ,


posted by Widifayra @ 6:58 am   0 comments
Banyak Alasan = TIDAK MAU
Banyak Alasan = TIDAK MAU

Suatu hari pernah chatting dengan seorang teman kuliah yang sekarang kerja sebagai PNS di kota Surabaya.  Sang teman sebut saja Y menanyakan kegiatan saya setelah melepaskan kerjaan kantor.  Waktu itu saya masih aktif jualan online dan juga membantu ibu saya yang saat itu masih hidup untuk jualan jilbab onlie.  Si Y tertarik juga untuk bisnis, biasalah emak-emak walau karir di kantor menjulang tetap saja merasa bersalah meninggalkan anak di rumah.  Saya tawarkan untuk jualan online.  Produknya terserah dia apa yang dia suka atau dia konsen ke barang apa.  Jika suka fashion ya mungkin bisa jualan baju dan pernak-pernik fashion lainnya.  Jika senang jilbab ya jualan jilbab.  Toh modal untuk jualan online juga relative kecil.  Kembali dia pun menjawab, “Kan sekarang yang jual online banyak, apakah nanti bisa laku?”  

Ya elahhh mba’e yang jualan sayur juga banyak tuh di pasar, tapi koq semua tetap ‘hidup’.  Maksud saya dagangannya tetap laris.  Kalau saya ke pasar, saya sudah punya langganan sayur, langganan ayam, langganan daging, langganan tempe, langganan bumbu.  Kenapa saya memilih mereka?  Kan banyak pedagang lain.  Tidak tahu kenapa saya rasa chemistry saja dengan mereka.  Kalau belanja tidak hanya antara penjual dan pembeli.  Kadang ngobrol juga jadi sudah serasa teman.  Setiap orang punya cara masing-masing dalam menawarkan dagangan dan pembeli pun akan memilih yang sesuai baik itu produknya, servicenya, keramahannya dll.

Semua orang berkesempatan untuk menjual produk apapun.  Nanti akan terjadi seleksi alam, siapa yang tangguh atau yang cocok dengan bisnis itu tentunya akan melaju dengan sukses.  Siapa yang keok atau merasa bukan passionnya di bisnis itu tentu akan quit.  Yang penting sudah mencoba.  Kalau Anda tidak mencoba, bagaimana Anda tahu bahwa Anda cocok atau tidak di bisnis itu.  Quit dalam suatu bisnis adalah biasa.  Bisa saja Anda tidak cocok dengan bisnis A tapi cocok dengan bisnis B.  Apalagi jika bisnis A sudah tidak menguntungkan secara financial, masa mau bertahan sampai bangkrut?  Mungkin ada yang berhasil di bisnis A, tapi mungkin kita bisa lebih berhasil di bisnis B.

Ada juga yang kemudian setelah mencoba bisnis lalu kemudian memutuskan untuk tetap menjadi pegawai.  Ya iyalah kalau semua mau jadi pebisnis terus siapa yang mau jadi pegawai kantoran??? Hehhe....  Tapi setidaknya sudah pernah mencoba.  Namun  bagi yang teruuuussssss menunggu panggilan kerja, kenapa tidak mencoba dagang?  Dari pada nganggur.  Alasannya selalu : TIDAK BAKAT dan TIDAK ADA MODAL.  Padahal banyaaakkkkk yang saya kenal berbisnis dari modal 0 (NOL).  Hanya modal semangat dan MAU.

Saya pernah ngobrol dengan seorang kenalan, seorang ibu dengan 3 anak yang semua sudah lulus kuliah tapi belum bekerja.  Dulu salah seorang anaknya pernah kerja di suatu lembaga yang mengharuskan karyawan baru untuk turun ke lapangan mencari nasabah.  Eh sang ibu keberatan anaknya kerja seperti itu,  cape katanya.  Mana ada kerja yang enak di awal buuu.... semua juga dari bawah dulu kaleee...  Sampai saat ini ketiga anaknya belum kerja dan hanya menunggu ada lowongan.  Catet:  Menunggu ada lowongan.  Sampai kapan?  Saya tanya kenapa tidak bisnis saja?  Jawabnya seperti biasa: TIDAK ADA MODAL.  Mereka TIDAK BAKAT bisnis (emang sudah dicoba?).  Biarlah kerja kantoran saja.  

Ya sudah kalau orang tuanya saja tidak mendukung anaknya untuk mendapatkan peluang kesuksesan yang lebih besar dibanding hanya sekadar menengadah tangan meminta pekerjaan, kita tidak bisa menolong lebih jauh.

Berbagai alasan diajukan, mungkin lebih tepatnya adalah TIDAK MAU.  

Orang yang TIDAK MAU selalu menemukan banyak ALASAN, orang yang MAU selalu menemukan banyak CARA,



Widifayra
MAU TURUN BERAT BADAN??? MAU LANGSING???

Awali Dengan SARAPAN SEHAT

Silahkan email/BBM/Whatsapp ke saya di:

akulangsing@gmail.com
PIN BB 25D2C485 (Widi) atau 29F17298 (Khaerul)
08999-120-899 / 0813-8802-7272 / 0819-555-1188
whatsapp : +62-899-9120-899 atau +62-819-555-11-88

Labels: , ,


posted by Widifayra @ 6:03 am   0 comments

LANGSING & SEHAT

TOKO BAJU ONLINE

TOKO BAJU ONLINE

RAHASIA RUMAH GRATIS

RAHASIA RUMAH GRATIS

KLIK DISINI RAHASIA MENDAPATKAN RUMAH GRATIS !!! GRATIS E-BOOK SENILAI Rp.200.000,- PERSEDIAAN TERBATAS !!!

BINGUNG MENGATUR KEUANGAN ANDA???

CHECK UP FINANCIAL

SOLUSINYA DISINI !!!

About Me

Widya Astuti's Profile
Widya Astuti's Facebook profile

Click My Profile Picture To See Me @ FACEBOOK

Name: Widifayra
Home: Pos Pengumben, Kb. Jeruk, Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia
About Me: Nama saya Widya Astuti, biasanya dipanggil WIDI. FAYRA adalah gabungan nama 2 putri saya(FAlya-12 th dan khaYRA6 th). Lulusan PTN di Bogor dan pernah bekerja di salah satu Bank Swasta di Jakarta sebagai marketing kredit. Saat ini sebagai WAHM (Work At Home Mom), berbisnis untuk lebih mengembangkan potensi diri...dengan dukungan rekan-rekan yang super hebat di komunitas TDA.
Email: widifayra@yahoo.co.id
Kategori
Previous Post
Links
Bisnis
Kesehatan
Pendidikan
Comments

count webpage visits
Aku Langsing




Member of

JOIN TDA

Rekan TDA