Menjahit VS Merias
Sejak kelas 2 SD, oleh ibu saya tercinta, saya
sudah diikutkan kursus membuat berbagai keterampilan. Kursusnya gratis asalkan
membeli bahannya di toko itu. Toko ADA namanya. Letaknya di Jalan Gn.Latimojong
Makassar. Kebetulan tokonya deket dari SMAN 1 Mks tempat ibu mengajar. Saat
liburan sekolah saya pasti ikut ibu dnegan berboncengan motor ke toko ADA trus
ditinggal deh, ntar dijemput saat ibu pulang mengajar. Banyak banget yang aq
pelajar di toko craft itu a.l: buat buanyak banget model bunga dari berbagai
jenis bahan, buat boneka dari benang wol dari yang pakai alat sampai yang
rajutan, kristik dll. Lama kelamaan kecintaan terhadap seni kerajinan semakin
besar. Saat SMP aq mulai belajar menjahit. Kali ini tidak pakai kursus segala.
Pola baju dapat dari bonus majalah Kartini. Zaman dulu kan sering tuh majalah
kasih bonus pola baju. Kalau sudah ada pola kan gampang ya tinggal beli kain,
jahit sesuai pola lalu ikuti petunjuk selanjutnya. And Voilaaa… jadi deh
sepasang blouse dan kulot warna coklat yang kemudian aku pakai ke acara
Valentine hohoho…
Baju kedua yang aku jahit adalah daster yang aku
hadiahkan di hari ulang tahun ibuku tersayang. Seingatku sejak itu aku ga
pernah menjahit lagi. Sampai 22 tahun kemudian terpikir lagi untuk menjahit
baju. Gara-garanya aku sering kesulitan mencari baju untuk anakku yang beranjak
ABG. Di usianya yang 10 tahun dengan tinggi 149 cm dan berat badan 41 kg serta
ukuran sepatu 39 kebayang kan susahnya cari toko yang menjual baju yang
modelnya sesuai untuk anak beranjak ABG namun ukurannya yang mungkin sepadan
dengan anak SMP kls 3 (bandingkan dengan aku usia 36 th, TB 153 cm/BB 48 kg/US
38).
Sempat cari info untuk kursus menjahit, namun
terbentur dengan keharusan menjaga dd Khayra. Terpaksa niat kursus ditunda
dulu. Namun keinginan untuk menjahit menggebu-gebu. Setelah menimbang-nimbang
dan mencari info di mbah google, akhirnya diputuskan membeli 1 mesin jahit
portable yang juga bisa menghasilkan berbagai jenis pola jahitan. Rasanya
seneeenggggg banget ketika mesin jahitnya diantar ke rumah.
Proyek pertama yakni menjahit gorden untuk rumah
yang baru direnovasi. Kebetulan model jendelanya berubah so pasti butuh gorden
baru. Stelah itu mulai deh mencoba menjahit baju. Karena ga ada lagi sisipan
pola baju di majalah, terpaksa deh mencari buku tentang menjahit di Gramedia.
Mulailah aku kembali menjahit baju pertamaku di usia 36 th ini hehe… Ternyata
oh ternyata karena amatiran mejahit rasanya ribet banget…belum lagi kalau salah
jahit, wuihhh…mencopot jahitan lebih lama dibanding menjahitnya. Tapi saat
bajunya jadi rasanya puassss tak terkira….
Baju berikutnya yang aku jahit yakni baju nuansa
gothic untuk kelas fashion dd Khayra di Sanggar Ananda. Berturut-turut menjahit
2 baju membuatku mual wuekkk… mabok di depan mesin jahit dan yang terutama
pusing bikin pola. Maklum bikin pola dengan hanya mencontek baju yang udah
jadi, ukur sana ukur sini. Buku belajar menjahit yang udah dibeli rasanya ga
terlalu ngaruh…
Nah sekitar minggu lalu aku mencoba menjahit
kebaya. Nih gara2 ditunjuk jadi among tamu oleh mantan atasan suami yang
anaknya mo manten. Welah dalah…bahan kebayanya dikasih seminggu menjelang
lebaran. Dan nikahannya 2 minggu setelah Lebaran. Wuahh… mana ada tukang jahit
yang masih mau terima jahitan? Dengan sangat terpaksa daku akhirnya menjahit
dewe kebayanya. Buku belajar menjahit entah kemana, padahal menjahit brokat
beda banget dengan menjahit baju soale harus pas di badan. Kembali ke reseplama
yakni bongkar kebaya. Kebetulan kebaya yang mo dibongkar sudah ga bakal dipakai
akibat warnanya yang belang keputihan. Mungkin sabun cucinya terlalu banyak
pemutih jadi kebaya yang tadinya warna krem muda menjadi totol-totol putih
padahal baru sekali pakai lho.
Lima hari menjelang pernikahan barulah aku mulai
menjahit kebaya itu. Maksud hati mau menjahit kebaya dengan model yang tidak
biasa, namun apadaya kemampuan pecah pola ga ada dan waktu yang sudah sangat
mepetttt…sementara aku masih harus menjahit baju untuk kk Falya dan dd Khayra.
JAdilah kebaya model kartini biasa namun dengan panjang kebaya di atas pinggul
dan berlengan pendek, namun kancing belum terpasang dikarenakan tukang kancing
di pasar masih tutup. Ah tinggal kancing doing mah gampang ntar belakangan,
pikir saya.
Perjuangan belum selesai, masih menunggu giliran
kain satin yang akan disulap menjadi kamisol. Ternyata membuat kamisol
sangat-sangat sulit. Kesulitan pertama karena ga ada pola. Kamisol yang ada
tidak dibongkar soale masih sangat bagus so hanya mengandalkan ukur sana ukur
sini. Kesulitan kedua, kain satin sangat licin. Dari menggunting bahan sudah
sangat ribet belum lagi menjahitnya. Bener-bener perjuangan… Jadi juga sih
kamisolnya namun dengan hasil yang jauh dari harapan. Ga apalah pikir saya toh
dipakainya di lapisan dalam supaya kebayanya ga tembus pandang.
Hari Jumat barulah mulai menjahit baju untuk dd
Khayra & kk Falya. Karena bajunya model baju Bodo (pakaian khas Bugis
Makassar) yang mirip baju model kalong hanya dijahit kiri dna kanan, sisakan
untuk lengan lalu bolongin bagian leher, beri aplikasi dan jadilah baju for my
kids… Bikinnya mulai jam 3 subuh. Maklum pagi2 harus mengurus 2 anak sekolah
dan 1 bapak kantoran (suami mode on hihihi…), mana siang harus masak dan sore
ada orderan merias wuahhhh….
Masih berjuang… yap kancing baju kebayaku belum
ada. Dari hari Jumat nyari tukang kancing karena yang di pasar masih tutup.
Dapet tukang kancing di tukang jahit depan sekolah kakak. Tapi ternyata pegawai
yang biasa buat kancing lagi ga masuk, ya sudahlah besok saja dicoba lagi…
Sabtu pagi sepulang merias dari salon, lanjut
ngoprek kebayaku. Minta tolong kakak ke tukang kancing sambil aku istirahat
bentar di rumah. Ternyata pasang kancing juga ribet,mungkin karena sudah
terburu-buru, beberapa kali salah dan harus diulang. OMG padahal 3 jam lagi
bajunya dah mau dipake. Tepat jam 2 pasang kancing selesai. Buru-buru mandi
lalu dandan dan mendandani anak2. Jam 4 sore meluncur ke Bidakara… Capenya
jangan ditanya. Belum lagi vertigo yang menyerangku, tapi puas rasanya melihat
anak2 tampil cantik juga bangga memakai kebaya buatan sendiri… Hanya saja kapok
dah menjahit dengan dikejar target begini. Andaikan tukang jahit dah buka
mendingan minta dijahitin deh…
Jadi mikir, aku menjahit satu blouse jadinya 1-2
hari. Jika kasih ke tukang jahit ongkosnya 80rb-100rb (tukang jahit dekat rumah
dan hasilnya bagus dan rapih…). Bandingkan dengan order merias wajah + jilbab.
Aku kerjakan 1.5-2 jam dengan bayaran 150rb. Hhmm sangat signifikan yah
tarifnya hehehe… Emang sih ada pemakaian kosmetik yang harganya cukup mahal
sementara menjahitkan hanya modal benang dan listrik, namun dengan perbedaan
waktu kerja serta bayaran yang diterima rasanya masih jauh lebih enak merias.
Apalagi merias pengantin. Hanya 2-3 jam dengan modal paling besar 500 rb dibayar
sekitar 2jutaan… Mau? Mau? Mau? Maulah namun sampai saat ini order rias
penantin aku belum mau terima. Masih repot dengan anak sih. Mana lagi perias
yang harus menyambangi rumah si pengantin, so kapan-kapan aja deh…
Kembali ke kegiatan menjahit. Saat ini masih antri
kain yang akan aku jahit. Udah terbayang blouse-blouse yang bakal kubuat.
Hahaha… masih ga kapok menjahit ya…. Habis seneng sih wkwkwk….
Labels: hobby, menjahit, merias, Salon |
Post a Comment