My New School : Ladybird Cabang Kedoya
Sudah 2 bulan lebih Khayra bersekolah di www.ladybird.or.id
cabang Kedoya, tepatnya sejak 1 Maret 2011. Sebelumnya Khayra sekolah di TK
yang ada dalam kompleks tempat tinggal kami. Jarak TK ke rumah hanya sekitar 50
m atau berjarak 5 rumah dari rumah yg kami tinggali. Lalu kenapa Khayra saya
pindahkan ke Ladybird? Jaraknya dari rumah sekitar 6 km dan waktu tempuh dengan
mobil 15 menit -1 jam perjalanan (Jika berangkat jam 6.45 dari rumah bisalah
menghabiskan waktu 12-15 menit. Tapi jika berangkat pk. 07.30 waktu tempuh
mencapai 25 menit dan jika berangkat pk.7.50 bisa sampai 40 menit-1jam
perjalanan!!!)
Flashback sekitar 2 tahun yang lalu saat ibu saya
masih ada. Ibu saya kagum dengan anak2 yang jago ngomong English. Sering kali
ibu mengungkapkan kekagumannya saat menyaksikan anak2 artis ngomong English ke
ortunya. Waktu Falya mau masuk SD di Balikpapan sebenarnya saya berniat
memasukkan Falya ke SD yang memakai pengantar Bahasa Inggris. Namun saat itu
(th 2000) di Balikpapan masih sangat terbatas sekolah semacam itu, kalau ga
salah cuma ada 1, itu pun mensyaratkan salah satu ortunya harus berkebangsaaan
asing. Akhirnya Falya masuk sekolah nasional SD swasta YBBSU Balikpapan sampai
kls 2 SD. Nah saat Khayra berumur 3 th keinginan untuk menyekolahkan Khayra di
tempat yang memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar timbul lagi apalagi
didukung oleh omanya Khayra. Kebetulan ada preschool international yang baru
buka dekat rumah. Iseng2 saya telepon menanyakan biayanya. Waduh ternyata mahal
banget dan bayarnya pakai USD. Saya lupa tepatnya berapa USD tapi seingat saya
jika dirupiahkan mencapai belasan juta/term (1 term = 3 bulan) atau sekitar 3-4
juta/bulan. Hiks… kalau segitu keuangan kami belum sanggup. Saat itu saya
bilang ke ibu saya, kalau berkisar 1jt-1.3jt saya masih sanggup deh. Bukan
apanya selain sekolah, anak saya juga ikut les yang lain: les ballet, piano,
dance, tari tradisional semuanya pakai biaya tohhh??? Sampai kemudian ibu saya
berpulang saya belum juga mendapat sekolah idaman dengan harga terjangkau. Dan
akhirnya walaupun dengan setengah hati, Khayra saya sekolahkan di TK dalam
kompleks kami.
Pun begitu saya tetap berusaha mencari sekolah
idaman sampai akhirnya ketemulah saya dengan sekolah tercinta Ladybird
cabang Kedoya. Awalnya saya tiap hari browsing mencari tempat kursus English
yang bagus buat anak. Dulu Falya berkali-kali pindah tempat kursus baik di
Balikpapan maupun di Jakarta karena tidak satu pun yang sesuai dengan metode
yang saya inginkan. Semua tempat kursus berbasis grammar. Alhasil tiap ujian
baik di sekolah maupun tempat kursus Falya mendapat nilai tinggi
atau nilai A, tapi kalau disuruh ngomong sama sekali ga bisa. Orang speak
English pun dia ga ngerti. Bedanya Khayra sejak kami pasang Indovision untuk TV
di kamar dan saya hanya mengijinkan anak2 menonton cartoon di Playhouse Disney,
baby TV pokoknya cartoon in English, Khayra tiba2 bisa ngomong English. Melihat
kemampuan dan ketertarikan Khayra terhadap Bahasa Inggris, saya getol mencari
tempat kursus yang sesuai. Tiap hari saya browsing, buka2 milis sampai akhirnya
ketemulah website Ladybird preschool. Ternyata Ladybird cabang Kedoya ini masih dalam kompleks
yang sama dengan tempat kursus balletnya Khayra. Dan ternyata lagi biaya
perbulan Rp.1.3 juta, persis banget dengan harapan saya dulu.
Alhamdulillah, kembali LOA bekerja…
Namun ternyata tidak semudah yang saya bayangkan.
Persyaratan bersekolah di Kindergarten Ladybird bagi murid yang sehari-hari berbahasa
Indonesia adalah pernah mengikuti preschool di Ladybird atau preschool lain
yang menggunakan English sebagai bahasa pengantar. Ini dikarenakan di tingkat
K1 and K2 menggunakan full English untuk seluruh kegiatan dan pelajaran kecuali
pelajaran Bahasa dan Mandarin. So, anak yang tidak terbiasa berbahasa Inggris
akan kesulitan mengikuti pelajaran. Saya sudah meyakinkan sang principal bahwa
Khayra mengerti bahasa Inggris karena mulai dari bangun tidur hingga tidur
lagi, Khayra nonton cartoon in English dan saya perhatikan Khayra mengerti apa
yang dipercakapkan di cartoon tsb. Saya pun sesering mungkin menggunakan bahasa
Inggris bila ngomong dengan Khayra (walau dengan kemampuan English saya yang
sangat terbatas) namun tetap ditolak, hiksss… Akhirnya saya disarankan ikut
kelas sore (seminggu 2x @ 1.5 jam) yang memang diperuntukkan bagi murid TK yang
sekolahnya menggunakan Bahasa Indonesia. Saya lupa tepatnya kapan Khayra ikut
kelas sore, kalau ga salah bulan Oktober atau November 2010. Tiap hari Senin
dan Rabu pk 03.00-04.30 pm saya nganter Khayra ke Ladybird. So jadwal jadi
padat karena Selasa dan Kamis sore Khayra ikut ballet class di kompleks yang
sama dengan Ladybird. Padahal pula di saat yang sama si Kakak Falya sedang saya
persiapkan untuk mengikuti ujian Nasional SD. Maklum aja Falya sekolah di SDN
regular yang jauh dari harapan saya, yg baru saya tahu setelah Falya kls 6!!!
So saya juga ekstra jadi pengajar kelas VI khusus ngajar si kakak. Kebayang kan
saya jumpalitan setiap hari…
Saya sangat-sangat jatuh cinta dengan program di
Ladybird. Untuk anak TK mereka sangat menekankan kepada conversation. Kegiatan
kelas sore sama dengan kelas pagi hanya waktunya yang singkat. Ada drawing,
singing, counting, reading, coloring, etc. Seluruhnya in English. Temen-temen
Khayra yang ikut kelas sore semuanya dari TK billingual artinya TK-nya juga
pakai bahasa Inggris tapi koq mereka tetap ikut lagi di Ladybird ya? Menurut
para nanny setelah saya tanya, Ladybird memang bagus dari segi bahasa dan lagi
biayanya sangattttt terjangkau. Hanya 200rb/bulan. Bandingkan dengan EF yang
biayanya Rp. 1,9 jt/ 3 bulan.
Khayra juga sangat antusias dengan English
Schoolnya (Khayra selalu bilang TKnya yang pagi Indonesian School, sore English
School), sampai-sampai hari Jumat sore pun Khayra merengek untuk pergi ke
English School-nya. Karena Khayra hanya dapat pelajaran Bahasa Inggris 2x
seminggu, so di rumah selain bercakap in English, saya juga membeli Story Book,
Math book semuanya in English. Saya membacakan cerita, mengajar math semua in
English. Menyadari kemampuan English saya sangat terbatas, saya rajin buka
google translate, rajin nonton playhouse Disney sambil menyimak percakapan untuk
saya praktekkan saat ngomong ke Khayra. Saya juga sampai membeli Experia
Android untuk mendownload games-games serta pelajaran in English dan Khayra
sangat-sangat suka dengan edugames tsb.
Namun satu hal yang membuat saya gelisah. Khayra
belum bisa membaca dalam Bahasa Indonesia. Harapan saya di sekolah pagi, Khayra
mendapat pelajaran dalam Bahasa Indonesia, di rumah dan di Ladybird dia belajar
English. Saat saya pancing mengajar membaca bahasa Indonesia, jadinya ngaco.
Saya kan pakai metode Glenn Dorman yakni mengajar tidak per suku kata tapi
langsung per kata. Dulu waktu Khayra baru lahir sampai umur setahun, saya
pernah praktekkan cara ini, tapi koq little Khayra rada bosan jadi pelajaran
membaca saya hentikan. So saya masih punya persediaan kartu membaca for baby.
Misalnya saya tunjukkan kata KUCING. Saya lafalkan kata kucing sambil saya
suruh Khayra mengikuti. Namun apa daya Khayra menjawab CAT. Begitu juga bila
saya tunjukkan kata MEJA, Khayra mengikuti dengan kata TABLE. Saat dapat
majalah dari sekolah, terdapat beberapa pelajaran di dalamnya. Misalnya gambar
gajah. Di bawahnya ada tulisan GAJAH, namun Khayra membacanya dengan kata
ELEPHANT. Waduh kacau dah… Begitu pula dengan warna. Bila melihat suatu warna
otomatis Khayra menyebut in English. Bahkan pernah debat dengan guru sekolah
karena Khayra ngotot bilang BLUE untuk warna BIRU. Menghitung pun semua in
English. Saya heran koq English Khayra lebih dominan padahal di sekolah kan
full Indonesia. Khayra juga sering mengeluh saat pelajaran Bahasa Inggris di
sekolah, temen-temennya semua ga suka. Dan lagi Khayra cerita, miss J mengajar
dalam bahasa Indonesia yang diterjemahin ke English. Misalnya diajarkan
nyanyian “ Pohon itu tree, mobil itu car dst…” Wahhh jadoel banget sih
ngajarnya. Bagi saya saat mengajar bahasa asing, ga ada namanya menterjemahkan,
namun langsung menunjuk pohon atau gambar pohon dan menyebut TREE. Selama
pelajaran hanya bahasa asing itu yang digunakan tidak perdulu anak ngerti atau
ngga karena pasti akan mengerti dengan sendirinya. Lha buktinya Khayra
tiba-tiba ngomong English ke saya padahal saya ga pernah ngajarkan kalimat2
yang dia ucapkan. Ternyata Khayra tahu dari cartoon yang ditontonnya. Yang
diucapkan pun berupa kalimat. Saya ingat banget kalimat pertama Khayra waktu itu,
“Don’t worry mommy” lalu saat melihat burung terbang Khayra nyeletuk,”Look at
the bird in the sky”. Saya saat itu belum pernah mengajarkan ke Khayra kalimat2
tsb.
Khayra juga dapat PR dari sekolah tapi jarang
dikerjain. Eh sang guru juga ga pernah nagih atau nanya ke saya padahal kan
saya setiap hari jemput di sekolah dan ketemu gurunya. Saya juga lihat beberapa
anak ikut les tambahan di TK itu saat pulang sekolah. Saya sih dari dulu paling
ga mau me-les-kan anak untuk pelajaran kecuali bidang seni. Saya mulai gelisah
karena Falya saat TK kecil sudah lancar membaca rangkaian 2 suku kata dan TK
besar bahkan sudah bisa mengarang cerita atau menulis pengalaman dia
sehari-hari (semacam buku harian hehe…), padahal TKnya itu di Balikpapan, di
jalan kecil yang kerap banjir dan dengan falisitas yang minim.
Setelah berdiskusi dengan papinya Khayra bahwa saya
berniat memindahkan Khayra ke TK lain saya pun mencari-cari sekolah. Diskusi
juga dengan ibu2 sekompleks yang anaknya sekolah di TK yang sama dengan Khayra.
Menurut mereka (setelah nanya ke TK itu), TK ini tidak mengajarkan membaca
karena bila ketahuan akan ditegur Diknas. Hah, bagi saya itu lagu lama. 6 tahun
yg lalu jamannya Falya juga begitu. Emangnya ada mata2 Diknas yang memantau ke
TK-TK? Apa salahnya sih ngajar anak membaca dan berhitung selama itu tanpa
paksaan dan dilakukan sambil bermain. Sekolah ini sudah tidak sejalan dengan
harapan saya. Satu-satunya sekolah dari seluruh sekolah yang saya survey yang
sesuai dengan keinginan saya hanya di Ladybird. Saya pun memberanikan diri
nanya ke Auntie Dwi yang ngajar Khayra gimana perkembangan English-nya Khayra.
Ternyata menurut beliau, Khayra perkembangannya sangat pesat, vocabulary-nya
sudah lumayan dan yang terutama bisa mengikuti perintah in English. Saya pun minta
tolong beliau menyampaikan keinginan saya memindahkan sekolah Khayra ke
Ladybird kepada Auntie Lucy- Lady Bird's principal. Dua hari kemudian saat
Khayra selesai ikut kelas, saya diantar auntie Dwi menemui auntie Lucy. Auntie
Lucy sangat bijaksana. Beliau menyarankan Khayra ikut trial dulu untuk benar2
mengetahui apakah Khayra beneran mau sekolah di Ladybird. Tanggal 1 & 2
Maret Khayra ikut trial. Jam sekolah di sini cukup panjang yakni dari
08.15-12.45 so hari pertama trial saya nungguin Khayra di sekolah.
Alhamdulillah setelah 2 hari trial saat Auntie Lucy nanya, Khayra menyatakan
senang sekolah di Ladybird dan ga mau lagi ke TK-nya yg lama. Alhamdulillah…
Beberapa temen terperangah ketika saya menjawab
pertanyaan mereka saat nanya monthly fee-nya. Ya maklum saja dari awalnya Rp.
260rb/bulan di TK lama menjadi Rp. 1,3jt/bulan + bayar lagi uang masuk + uang
pertahun dan per semester selengkapnya bisa lihat di http://www.ladybird.or.id/schedule-fees.html
. Sempat ada yang nyindir saya kelebihan duit katanya (Aamiin… semoga doanya
dikabulkan Allah hehe…). Hikss sedih juga dikomentari begitu. Tapi bagi saya
dengan biaya sebesar itu sangat sepadan dengan yang diperoleh.
Hitung-hitungannya gini deh. Si Kakak Falya les
English di EF dengan biaya Rp. 1,9jt/3bln (32 x pertemuan x @1,5 jam). So biaya
per jamnya sekitar Rp.59.375,- Bandingkan dengan di Ladybird dengan biaya Rp.
1,3 jt/bl (sebulan 22 hari x 4.5jam) sehingga biaya per jam hanya Rp. 13.131,-.
Biaya itu sudah termasuk bahasa Mandarin seminggu 2-3x dan swimming seminggu
sekali dengan pelatih. Beberapa teman Khayra sudah jago berenang di kolam yang
dalam tanpa pelampung!. Khayra 2 minggu sekolah di sana udah bisa membaca
bahasa Indonesia untuk 2 suku kata. Bisa dikit2 membaca Bahasa Inggris, bisa
berenang walau dengan pelampung, bisa nyanyi-nyayi bahasa Mandarin, Englishnya
lancar. Sehari2 di rumah bercerita seringnya pakai bahasa Inggris. Bahasa
Indonesia otomatis tetap lancar dong. Sudah bisa penambahan sampai puluhan yang
hanya perlu pakai jari tangan.
Banding ya jika masih di TK lama.
TK lama
|
|
Kegiatan
|
Biaya/bl (Rp)
|
Kegiatan
|
Biaya/bl (Rp)
|
Uang sekolah
|
260.000
|
Sekolah, membaca Bhs Indonesia,
membaca bhsInggris, conversation in English, Mandarin, berenang, seluruh
kegiatan Ladybird (outing, concert, drama, angklung, gamelan, dll)
|
1.300.000
|
Les membaca Indo
|
200.000
|
|
Les English
|
200rb-600rb
|
|
Les Mandarin
|
250rn-350rb
|
|
Les Berenang
|
200rb
|
|
Total
|
1,1 jt s/d 1,6 jt
|
|
1.3 jt
|
Biaya per bulan Rp. 260rb + biaya les membaca Rp.
200rb. Sudah Rp. 460rb. Kalau tambah lagi les Inggris di Ladybird Rp.200rb/bl
(Kalau di EF Rp. 600rb/bulan) + les Mandarin Rp. 250-350rb/bl + les berenang
Rp. 200rb/bl. Sama aja jatuhnya kan??? Belum capeknya antar kesana kemari.
Englishnya belum tentu selancar kalau dia dapat 22,5 jam/minggu dibanding
les hanya 3 jam/minggu. Bedanya hanya energi untuk antar dan jemput
serta ongkos bensin. Tapi bagi saya sangat puas dengan pendidikan dari Ladybird
ini, terutama para auntie yang baik….
Suasana di Ladybird ini sangat hommy. Setiap kali
datang ke sekolah, pak Jo sang satpam sudah siap depan pagar dan membantu sang
anak turun dari mobil atau motor. Jadi pengantar tidak perlu turun lagi dari
mobil. Di halaman sudah menunggu para auntie dan langsung menyapa nama sang
anak, “ Morning Khayra…”. Sepertinya ini salam wajib setiap pagi semacam
password hehe… Saat anak berjalan menuju kelas, setiap bertemu auntie, maka
otomatis auntie akan menyapa dengan password tsb. Hebatnya lagi semua auntie
hapal nama murid ga perduli anak itu diajar atau tidak. Saat jam pelajaran,
pagar akan digembok. Jika mau masuk harus manggil lagi pak Satpam. Begitu kita
masuk, pagar digembok lagi. After school juga begitu. Sang penjemput tak perlu
turun dari mobil. Auntie dan satpam akan mengantar anak sampai di mobil. Mereka
bahkan sudah hapal mobil sang anak, sehingga begitu melihat dari jauh, anak
yang sedang berderet di tembok menunggu jemputan akan dipanggil sehingga
antrian mobil tidak terlalu lama. Kepala sekolah dan asistennya juga stand by
dekat pagar mengantar sang anak sambil say goodbye,” Bye Khayra, see u
tomorrow”…
Setiap awal semester dan awal bulan akan dikasih
schedule pelajaran. Misalnya selama bulan April kelas ini akan belajar tentang
dinosaurus. Segala yang berhubungan dengan si dino akan dijelaskan dalam bulan
itu. Ada penambahan vocab baru. Juga ditulis di jadwal itu untuk pelajaran
Bahasa misalnya sudah sampai pada suku kata pa-pi-pu-pe-po, ra-ri-ru-re-ro dan
sa-si-su-se-so. Semua kata dalam Bahasa yang ada suku kata tersebut akan diajari
sambil mengulang suku kata yang sudah dipelajari sebelumnya. Counting juga
sudah sampai penambahan puluhan misalnya sampai angka 30. Mandarin juga begitu.
Jadi ortu tahu anaknya sudah sampai dimana sih pelajarannya. Apa sih yang
dipelajari di sekolah. Di sekolah lama boro-boro. Selama sekolah disana 7 bulan
saya ga pernah tahu secara garis besar apa sih yang diajarkan ke anak saya.
Yang saya tahu ya diajar warna, gunting, mewarnai, menempel, mengenal huruf.
Selama 2 bulan di Ladybird
Khayra sering membawa hasil karyanya, misalnya celengan dinosaurus
dari kertas koran, kaos yang disablon oleh mereka, telepon-teleponan dari gelas
aqua, makanan yang dibentuk seuai tema bulan itu, lampion, dll.
Intinya saya puas banget dengan sekolah ini,
walaupun harus berjuang dengan macet jika telat berangkat. Bayangin berarti
saya 2x/hari bolak balik. Tapi saya sangat2 enjoy karena niat saya saat keluar
kerja adalah ingin memberikan pendidikan terbaik ke anak-anak saya. Jadi jika temen2
bilang saya mengorbankan karier saya di kantor dulu, bagi saya saya tidak
mengorbankan. Tapi saya pindah untuk “berkarier” mendidik anak2 saya. Kalau
saya di kantor kemudian jadi pimpinan berarti saya mendidik orang lain supaya
berhasil, tapi anak saya di rumah gimana? Saya ingin 100% memantau perkembangan
anak saya. Jika dulu ibu saya berjuang sebagai single parent, dengan
keterbatasan uang karena hanya sbg guru tapi selalu berusaha mengantar saya
dengan motornya untuk les musik, les Bahasa Inggris, les berbagai keterampilan.
Juga kisah penjual jamu yang sukses mengantar anaknya hingga S2 di Jepang (http://kickandy.com/theshow/1/1/1106/read/MEREKA-LUAR-BIASA/45),
apa yang saya lakukan untuk kedua anak saya masih jauuuuhhhhh dari perjuangan
ibu saya dan penjual jamu itu. Dengan ekonomi yang boleh dikata lebih dibanding
ibu dulu atau si penjual jamu itu, harusnya saya bisa memberi anak saya
pendidikan yang lebih juga.
Yah sebagai orangtua kami hanya berusaha memberikan
semaksimal mungkin. Semoga Falya dan Khayra bisa sukses dunia akhirat. Satu
lagi saya sangat berambisi dan sdh menanamkan ke Falya agar someday (semoga
secepatnya…) kami akan membagi kemampuan waktu, tenaga dan dana untuk berbuat
sesuatu ke masyarakat. Ingin banget membuat Yayasan Hanifah (nama ibu saya)
yang memberikan pendidikan dan keterampilan gratis ke kaum dhuafa. Semoga bisa
jadi amal jariah ibu saya. Doakan semoga terwujud. Aamiin…
Labels: english, english school, kedoya, kindergarten, ladybird, Pendidikan, preschool |
Post a Comment