KERDUS-KERudung DUSta
Obrolan mama dengan kakak di suatu sore
Kakak : “Ma, di sekolahku banyak yang pakai kerdus”
Mama : “Hah, apaann tuhh?”
Kakak : “KERudung DUSta. Istilah di sekolah itu untuk teman-teman yang pakai kerudung hanya di sekolah doang, tapi di rumah atau saat jalan-jalan tidak pakai kerudung.
Mama : “ada ada saja nih anak-anak”.
Dipikir-pikir benar juga istilah itu. beberapa tahun terakhir ini pemakaian jilbab semakin membudaya di Indonesia. Alhamdulillah jika memang kesadaran menutup aurat tapi banyak juga yang sekedar ikut-ikutan mode. Tak dipungkiri, semakin banyak perancang mode busana yang membuat rancangan yang indah untuk baju yang menutup aurat. Sayangnya banyak juga yang hanya sekedar menutup, artinya baju yang dipakai benaar-benar seperti pembungkus lontong yang kelihatan seluruh lekuk tubuhnya. Haduehh jadi tujuan menutup aurat tuh apa ya???
Beberapa kali teman baik cowok maupun cewek menanyakan kepada saya kapan saya berkerudung. Insya Allah jawab saya. Saat ini saya belum memakai kerudung. Saya inginnya memakai kerudung benar-benar sesuai dengan tujuan memakai kerudung yakni menutup aurat. Jadi orang lain hanya bisa melihat wajah dan telapak tangan saya dan (mungkin dari pergelangan kaki ke bawah). Selain itu hanya suami saya. Saya tidak mau memakai KERDUS, kerudung dusta istilah anak SMPN 19, yang mana saat keluar rumah (biasanya sih mau pergi jalan) memakai kerudung, tapi jika berada di rumah dan lingkungan rumah tetap memakai daster lengan buntung, atau pakai tshirt lengan pendek, pakai celana selutut sehingga orang yang lalu lalang depan rumah (tentu cowok jugalah) melihat yang dianggap ‘aurat’. Rasanya seperti dusta ke orang lain, yang mana bila bertemu di jalan melihat sosok kita yang berkerudung namun saat berkunjung ke rumah melihat kita tanpa kerudung. Lalu apa bedanya kerudung dengan pakaian untuk jalan? Tapi herannya banyakkkk banget yang seperti itu dan akhirnya dianggap sesuatu yang lazim.
Kerudung Dusta ini juga yang menjadi salah satu alasan saya mengundurkan diri dari kepemilikan salon MOZ5. Hati saya tidak sanggup berdusta manakala saya ke salon mengenakan kerudung sementara kalau selain ke salon saya tidak berkerudung? Akibatnya saya main kucing-kucingan dengan pelanggan salon bila bertemu di mall atau di jalan. Walaupun salon itu memberikan saya keuntungan yang sangat lumayan setiap bulannya, namun saya melepaskan demi ketenangan hati . Untuk apa keuntungan materi sementara saya harus berdusta?
Biarlah saya begini apa adanya. Perihal berkerudung atau tidak biarlah Allah yang menilai. Semoga suatu waktu saya diberi kesanggupan untuk berkerudung dan bila berkerudung harus yang benar (walaupun beberapa pendapat ulama tidak sependapat dengan kewajiban berkerudung itu). Semoga tingkah laku saya yang tidak berkerudung ini tidak merugikan orang lain dan semoga hidup saya bermanfaat bagi masyarakat. Aamiin
Widifayra
Mau Langsing dengan Nutrisi Sehat Alami?
Just klik
Labels: jilbab, kerudung dusta, Moz5, personal |
fenomena jilbab di indonesia baru mulai sejak revolusi iran 1979 nbaru marak sejak mbak tutut mulai berjilbab jd opo nenek moyang kita yg dulunya tak berjilbab salah tidaklah yaw krn film wali songo 80an tdk ada tuh cewenya yg berjilbab kec saat melaksanakan ibadahini cm komentar orang awam jd klo ada yg lebih paham mohon jelaskan ayat2 yg mengwajibkan muslimah mesti berjilbab -trims ya