Ibu Rumpi
Sudah 7 bulan ini saya menjadi pengurus Dharma Wanita di kantor suami saya. Sebelumnya saya tidak pernah ikut aktif namun kali ini tidak ada alasan, saya harus menjadi ketua DW di suatu kabupaten wilayah kerja suami saya.
Dari nol pengalaman organisasi langsung didaulat menjadi ketua. Sempat panic juga dan banyak tanya sana sini kepada yang sudah berpengalaman dan akhirnya berjalan juga. Pengalaman saat kerja kantor dulu serta banyak baca, banyak browsing sangat membantu saya memimpin. Yah memang hanya organisasi kecil, tapi saya kemudian melakukan beberapa perbaikan sana sini terutama masalah keuangan dan administrasi. Padahal saya hanya bisa bertemu dengan pengurus dan anggota sekali dalam 2 bulan karena saya tidak bermukim di sana. Alhamdulillah semua bisa berjalan baik. Saya juga membagi ilmu tentang investasi dan saat ini sedang berupaya menggerakkan bidang ekonomi.
Ternyata sebagai ketua tantangannya tidak hanya mengurus organisasi namun juga ‘godaan’ untuk mencampuri urusan kantor suami. Alhamdulilah sampai saat ini saya belum tergoda dan memang tabu bagi saya mencampuri kewenangan suami. Godaannya ya datang dari para ibu-ibu itu. Mulai dari cerita kinerja pekerjaan si bapak A, B C, D dst. Terkadang berusaha mengorek dari saya kinerja kerja suami mereka atau kinerja bapak E, F, G versi suami saya. Hahaha…saya tidak pernah tahu dan tidak mau tahu kinerja suami mereka. Kalaupun saya tahu sesuatu, tentunya tidak etis bagi saya menceritakan apapun yang berkaitan dengan kantor karena bukan wewenang saya.
Sejak dulu sejak kami sama-sama bekerja, kami tidak pernah saling mencampuri urusan kantor masing-masing. Terkadang memang kami saling sharing. Yah namanya juga suami istri, tentu satu-satunya orang yang saya percaya untuk bercerita apapun ya kepada suami saya demikian sebaliknya. Namun tidak pernah sekalipun keluar dari mulut saya kepada orang lain mengenai apapun yang diceritakan suami misalnya tentang teman kantornya, tentang rumour jabatan dll.
Jadi jika ada ibu-ibu yang mencoba ‘mengorek’ mencari tahu urusan kantor dari saya, pastinya tidak akan mendapat apa-apa hehe… Bahkan saya (terpaksa) lebih banyak tahu urusan kantor ya dari ibu-ibu itu.
Saya mengamati banyak ibu-ibu yang rajin omong sana sini tentang urusan kantor yang menjadi kewenangan suaminya. Bahkan ada suatu keputusan yang belum juga tertuang dalam SK namun si istri sudah menyebarkan ke orang lain. Duh yang kerja si istri atau suami seehhh…. Bahaya banget kalau kelak dia menjadi ketua DW yang menjadi sasaran ibu-ibu untuk mengorek informasi kantor. Namanya manusia, walau sudah berusaha menutup mulut namun bisa saja tergoda ngerumpi. Pernah lho ada istri yang didamprat oleh karyawan karena ngerumpiin soal kinerja kerja si karyawan. Bahkan sempat pakai dikonfrontir segala. Wuahhh bagi saya itu sangattttt memalukan.
Namun kita juga tidak lepas tangan sama sekali. Istri harus tahu jabatan suami dan berapa penghasilannya. Jangan tiba-tiba suami punya duit banyak dan si istri diam saja (malah senang). Kalau seperti ini istri harus ikut campur mencari tahu darimana uang itu. Jangan-jangan duit tidak halal.
Sebagai istri, sebaiknya kita bisa memilah sampai batas mana kita bisa mencampuri urusan kantor. Semua juga demi menjaga wibawa suami dimata rekan-rekannya dan tentunya wibawa istri ya. Jangan sampai suami jadi malu gara-gara kelakuan istrinya yang sok tahu. Juga jangan sampai sang istri terkenal sebagai ibu rumpi…. TIDAAAAKKKKK…..
Widifayra
Mau Langsing dengan Nutrisi Sehat Alami?
Just klik
Labels: gosip, personal |
Post a Comment