Perjuangan Hidup Setiap hari saya melewati perempatan Jl.Lapangan Bola-Jl.Panjang Kb.Jeruk, pagi saat mengantar Khayra sekolah dan siang hari saat menjemput. Setiap kali berhenti di perempatan tersebut karena lampu merah yang seringkali menimbulkan kemacetan, saya selalu melihat para pedagang asongan menjual Koran/majalah, menjual kue, minuman, buku, lem, papan tulis kecil, dan berbagai barang lainnya. Setiap kali pula hati ini tenyuh melihat perjuangan mereka mengais rupiah demi rupiah untuk kelangsungan hidup mereka. Tak hirau panas terik dan hujan mereka terus saja menawarkan dagangan mereka dari jendela ke jendela mobil. Berjalan dari batas marka depan menuju mobil-mobil yang antri berjejer ke belakang. Kemacetan yang bagi kita sangat menjengkelkan justru berkah bagi pedagang-pedagang itu karena kesempatan bagi mereka menawarkan dagangan. Paling sedih jika matahari di Jakarta bersinar sangat terik. Kita saja yang berada dalam mobil ber-AC masih merasa kepanasan bagaimana dengan mereka yang berpanas-panas di jalanan? Di kompleks perumahan tempat Khayra sekolah juga ada penjual sapu, ember dan semacamnya di atas gerobak yang ditarik oleh tenaganya. Orangnya sudah tua banget, sering nongkrong dekat pintu masuk. Ada 1-2 pedagang terkadang berkeliling perumahan yang lumayan mewah itu. Mereka berkeliling tidak menggunakan alas kaki. Berjalan di tengah aspal yang panas dan rusak mereka terus saja berkeliling mendorong gerobak yang maha berat. Sungguh perjuangan hidup yang berat. Para pengumpul barang bekas juga sering kali lewat di depan komplek perumahan tempat tinggal saya. Hampir setiap hari saya melihat mereka mendorong gerobak yang sarat dengan barang menuju pool barang bekas di belakang pasar dekat rumah. Sedihnya melihat mereka mendorong gerobaknya mendaki jalanan karena kebetulan dari perempatan Jl.pos pengumben-Jl.Panjang jalanannya lebih rendah dari komplek kami sehingga untuk menuju pasar melewati perumahan kami mereka harus melalui tanjakan. Ya Allah... Hati saya menangis melihat perjuangan mereka. Sedih... Saya mudah trenyuh melihat penderitaan orang lain. Dari foto aura yang pernah saya lakukan di PIM, memang saya dikelilingi oleh warna hijau yang menurut ahli baca aura di sana, mudah kasihan ke orang lain. Perasaan seperti ini cukup menyiksa saya. Sering kali sampai di rumah pun masih terbayang dan membuat saya menangis. Inilah yang selalu memotivasi saya ingin mendirikan yayasan sekolah gratis. Pendidikanlah yang bisa membawa mereka keluar dari kemiskinan. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada saya, suami dan anak-anak saya mendirikan yayasan itu. Insya Allah... Labels: personal |
Post a Comment