Regrouping SDN di Jakarta
Surat
Edaran Diknas Jakarta yang disampaikan melalui website sd.ppdbdki.org menjawab
keheranan saya mengapa SDN 11 RSBI Kebon Jeruk tiba-tiba menambah daya tampung penerimaan
murid baru kelas 1 dari yang sebelumnya tercantum di website sd.ppdbdki.org
adalah sebanyak 56 orang menjadi 84 orang yang baru kami ketahui saat
pengumuman kelulusan.
Sejak
naik status menjadi RSBI, SDN 11 Kebon Jeruk hanya menerima 28 murid kelas 1 (1
kelas) dan baru tahun ini melonjak menjadi 3 kelas padahal murid kelas 6 yang
lulus tahun ini sebanyak 2 kelas. Lalu
di mana ruang kelas tambahan jika ada penambahan 1 kelas lagi? Lagi pula sekolahnya tidak bertingkat seperti
sekolah Falya dulu padahal SD-nya Falya berstatus regular.
Ternyata
oh ternyata SDN 11 Kebon Jeruk digabung atau istilah kerennya Regrouping dengan SDN 12 Kebon
Jeruk. SDN 12 Kebon Jeruk ini letaknya
persis di samping SDN 11 Kebon Jeruk alias dempetan. Herannya saat pendaftaran, saya yang selalu parkir
mobil di depan SDN 12 melihat banner yang terpasang di dinding sekolah tertulis
kurang lebih bunyinya “Menerima murid baru tahun ajaran 2012/2013 tanpa
dipungut biaya apapun”. Banner itu
sepertinya baru dicetak karena warnanya masih kinclong. Lha kenapa tiba-tiba sekolah itu menjadi “TIDAK
GRATIS”. Semua orang juga tahu bahwa
sekolah dengan embel-embel RSBI TIDAK GRATIS alias bayar! Ya bayar uang
pangkal, bayar uang bulanan dan bayar kegiatan-kegiatan lain. Kalau merujuk tahun lalu (seperti yang saya
tanyakan kepada humas SDN 11) uang masuknya Rp.5 jutaan lebih dan bulanan
200-an ribu lebih.
(terlihat dari daftar SD reguler yang ada di website
sudah TIDAK TERDAPAT SDN 12 Kebon Jeruk, dari SDN 10 langsung ke SDN 13)
Aneh!
Terlihat tidak adanya koordinasi yang bagus di kementerian pendidikan. Saya jadi mikir, sampai detik terakhir
penerimaan, perubahan jumlah anak yang diterima masih tidak jelas. SD dengan status regular tiba-tiba ‘naik
pangkat’ menjadi RSBI setelah bergabung dengan SDN RSBI. Padahal dengan status
RSBI system pengajaran serta fasilitas berbeda dengan status regular. Saya tahu karena anak saya Falya bersekolah
di SDN regular namun saat SMP Alhamdulillah bisa masuk SMPN RSBI. Perbedaan utama dari pelajaran math dan
science yang memakai Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Juga pelajaran Bahasa Inggris harus dengan
guru yang juga cakap berbahasa Inggris.
Jangan seperti guru Falya di SDN regular dimana bahasa pengantar dalam pelajaran
Bahasa Inggris disampaikan dalam Bahasa Indonesia. Sampai kelas 6 hanya translate kosa kata.
Pertanyaan
berikutnya, guru wali kelas 1 di SDN regular masih tetap dipakai? Apakah sudah
diikutkan pelatihan atau setidaknya merubah mindset mengajar dari reguler ke RSBI. Saya sudah melihat sendiri sistem belajar di SDN reguler selama 4 tahun (hanya 4 tahun karena sebelumnya Falya di SD swasta dan SD Percontohan) yang membuat saya bolak-balik protes ke sekolah.
Dua sekolah yang digabung dan tentunya dengan 1 kepala sekolah, kepala sekolah SDN 11 Kebon Jeruk beserta jajarannya harus ekstra kerja keras dengan status gabungan yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Bayangkan untuk tahun ajaran 2012/2013 kepala sekolah harus mengelola 6 tingkatan kelas (1-6) dengan status RSBI dan 5 kelas (kelas 2-6) dengan status reguler
Yah, semoga SDN 11 Kebon Jeruk bisa tetap bagus seperti sebelumnya walau 'ketumpahan' sekolah lain. Semoga para pengajar dari SD reguler bisa menyesuaikan dengan sistem RSBI, bukan malah menurun kualitasnya. Soalnya murid kelas 1 yang baru masuk nantinya akan membayar uang masuk dan uang bulanan yang hampir setara dengan sekolah swasta. Tentunya orang tua murid berharap anaknya akan memperoleh fasilitas dan pengajaran yang sepadan, setidaknya sama dengan kualitas SDN 11 sebelumnya.
Widifayra
Mau Langsing dengan Nutrisi Sehat Alami?
Just klik
Labels: Pendidikan, Regrouping SDN, RSBI, sdn 11 kebon jeruk, SDN 11 RSBI Kebon Jeruk, SDN RSBI, sekolah |
Post a Comment