FalyaNow my-Falya is... Lilypie Kids birthday PicAnd my-Khayra is...
Tulisan di blog ini hanya merupakan sharing dari saya. Tidak bermaksud menggurui siapapun. Jika bermanfaat, alhamdulillah. Jika tidak sesuai dengan pendapat Anda, saya mohon maaf dan agar dilupakan saja. Terima kasih...
Perlukah Rangking Kelas?
Sunday, December 23, 2012
Perlukah Rangking Kelas?
Perlukah rangking kelas?  Mungkin bagi sebagian orang rangking kelas perlu banget namun bagi saya tidak terlalu perlu.  Perlunya mungkin hanya untuk mengetahui siapa murid di kelas yang sedikit lebih (lebih rajin ataupun lebih pintar), namun tidak perlu dikejar jika tujuannya untuk meraih peringkat yang lebih tinggi dan bukan dengan tujuan meraih nilai yang lebih baik.

Kemarin saya ke sekolah anak saya yang pertama -Falya- untuk mengambil raport.  Saya datangnya agak siang sekitar jam 10-an dengan maksud supaya tidak antri.  Benar juga saat saya datang hanya ada satu orang ibu yang sudah duduk di depan meja guru.  Lumayan…habis ibu itu kan saya yang maju.  Karena kelas sudah sepi saya mau tidak mau ikut mendengarkan percakapan ibu itu dengan si wali kelas.  Dari pembicaraan mereka saya bisa menangkap bahwa si ibu begitu konsen dengan rangking sang anak sampai beliau mencatat siapa-siapa saja murid yang rangkingnya di atas anaknya.  Si wali kelas mengatakan bahwa targetnya ga usah tinggi dulu bu, target awalnya rangking 7 atau 8 dulu.   Si ibu langsung mnimpali, "Soalnya perlu pak nanti dia mau masuk…..bla..bla…bla… " Si wali kelas pun kembali menjelaskan bahwa di sekolah ini memang persaingan tinggi karena nilai minimal 81 untuk semua mata pelajaran.  Di SMP lainnya yang sama-sama RSBI ada yang mensyaratkan nilai minimal cukup di angka 75.

Setelah si ibu itu pulang tibalah giliran saya maju.  Saya sih sudah tahu rangkingnya Falya karena sebelum naik ke lantai 3 (dimana kelasnya Falya berada) kami sudah melihat papan pengumuman rangking umum dan Falya berada di peringkat umum 17 dari 240 siswa.  Untuk mengetahui rangking kelas tinggal menghitung dari atas karena kebetulan sebagian besar peringkat umum 1-16 adalah teman sekelas Falya.  Untuk peringkat kelas Falya rangking 11. 
Pertanyaan pertama yang diajukan sang wali kelas kepada Falya adalah berapa banyak kegiatan ekskul yang diikuti, dan Falya menjawab 4 ekskul yakni Japanese, Broadcast, English Club dan Tari Tradisional.  Yang disarankan sebenarnya hanya 3 ekskul karena hanya ada 3 kolom nilai untuk ekskul yang dicantumkan di raport.  Sang wali kelas bertanya lagi apakah Falya kesulitan mengatur waktu.  Kalau kesulitan maka beliau akan membatasi.  Saya akui Falya selalu ngantuk sepulang ekskul yang menyebabkan dia tidak sanggup lagi belajar.  Apalagi selain 4 ekskul di sekolah, Falya ikut lagi les tari Bali di Bulungan.  Tapi saya perhatikan saat tidak ada ekskul pun nyaris setiap habis magrib dia sudah ngantuk.  Kalau sama aja mah mending dia ikut ekskul lebih berguna bagi dia kelak.   

Dari ikut ekskul Japanese sudah mengantarkan Falya ke Jepang 10 hari, gratis!!!.  Sang wali kelas bertanya ke saya apakah saya keberatan dengan nilai dan peringkat yang diraih Falya.  Apakah saya punya target agar Falya masuk 5 besar dan untuk itu ekskulnya terpaksa dikurangi?  Dengan nilai rata-rata yang diraih Falya yakni 87,­­__  lebih dengan nilai math 96 dan nilai pelajaran lain antara 81-89 apakah saya terpaksa harus menyuruh Falya mengurangi ekskul demi mencapai nilai yang lebih tingggi dan peringkat 5 besar?  Dengan tegas saya menjawab saya sudah cukup puas dengan perolehan nilai anak saya.  Dengan frekwensi belajar Falya yang menurut saya jarang dan cenderung cuek dan dengan ekskul yang cukup banyak itu sudah luar biasa bagi saya.  Lebih baik Falya tidak usah rangking 1 daripada harus mengorbankan ekskulnya.  Lagipula Falya ini berada di kelas khusus.  Jadi di sekolah Falya, selain ada kelas aksel, di kelas 8 dibentuk lagi 2 kelas khusus.  Kelas khusus ini berisi masing-masing 30 orang murid dan disaring melalui test tersendiri.  Yang berhak ikut test adalah mereka yang meraih peringkat umum 1-120 sewaktu di kelas 1.  Saat kelas 1 Falya meraih peringkat umum 16 dan peringkat 4 kelas.  Waktu ada test untuk kelas khusus Falya minta ijin sebelumnya.  Tentu saja saya mengijinkan.  Kan jika diterima dia akan berada di lingkungan anak pintar dan rajin setidaknya dia ikut terbawa.  Kata Falya, tapi mungkin rangkingnya akan turun karena sekelas anak-anak pintar semua.  Saya balik nanya ke Falya, sejak kapan mama mewajibkan kamu harus rangking 1 atau rangking 5 besar?  Kalau mau rangking 1 jangan masuk SMP RSBI.  Masuk saja SMP regular yang saingannya sedikit (SMP regular banyak juga lho yang bagus setara RSBI, bedanya mereka tidak pakai English untuk math dan science).  Dan Alhamdulillah falya berhasil tersaring masuk kelas khusus.  Kalau dilihat dari peringkat umum Falya hanya turun 1 peringkat.  Jadi prestasinya masih samalah dengan di kelas 1.

Sang wali kelas pun meng-amini pendapat saya tentang rangking.  Ternyata ada beberapa teman Falya yang rangkingnya lebih tinggi namun dia tidak ikut satupun ekskul di sekolah.  Padahal ekskulnya gratis lho.  Mungkin juga sih dia ikut ekskul di luar sekolah, ga tahu juga.  Namun sayang sekali kalau tidak ikut di sekolah karena gratis.  Kalau di luaran kan bayar, rata-rata les apapun Rp.250-500rb/bulan.

Setiap orang memang punya rancangan sendiri terhadap anak-anaknya.  Kalau saya mewajibkan anak ikut kegiatan di luar sekolah dengan catatan bukan les pelajaran lho.  Pelajaran cukup di sekolah saja.  Kalau bisa harus ikut les seni sebanyaknya.  Seni sangat membantu anak-anak dalam bidang apapun baik nanti dia berbisnis maupun jadi karyawan.  Apalagi kedua anak saya kalau ditanya cita-citanya mau jadi pengusaha haha…  Wah itu kudu banyak ikut ekskul supaya wawasannya berkembang, intuisi semakin tajam, networking semakin luas, dan tentunya keberanian.


Widifayra
MAU TURUN BERAT BADAN??? MAU LANGSING???

Labels: , ,


posted by Widifayra @ 2:04 pm   0 comments
Pilih-Pilih Sekolah
Sunday, June 24, 2012
Pilih-Pilih Sekolah


Menjelang tahun ajaran 2012/2013 orang tua pasti sedang sibuk cari sekolah bahkan sudah dimulai dari beberapa bulan yang lalu karena sebagian besar sekolah swasta sudah menerima pendaftaran. Beberapa sekolah swasta bahkan sudah menerima pendaftaran sejak bulan Oktober tahun lalu. Bagi yang memang sudah mantap memilih sekolah swasta mungkin tidak masalah kecuali mungkin masalah pembayaran. Namun bagi yang masih berusaha untuk masuk sekolah negeri tentunya menjadi masalah karena pendaftaran/pengumuman penerimaan sekolah negeri baru di akhir bulan Juni. Kalau diterima ya syukur namun jika tidak diterima tentu orang tua akan kalang kabut mencari sekolah. Sekolah swasta yang masih menerima pendaftaran mungkin swasta yang bukan favorite atau sekolah swasta yang biayanya mahal. Dilema tentu. Hal ini juga yang saya rasakan baru-baru ini saat anak bungsu saya akan masuk SD. Setelah uang gedung sekolah swasta itu saya lunasi, 2 minggu kemudian pengumuman bahwa anak saya lulus di SD Negeri RSBI. Sempat bimbang namun saya akhirnya memilih SD Swasta.

Kegalauan yang juga dirasakan teman saya yang anaknya tidak lulus di SMPN RSBI/SBI padahal NEMnya cukup tinggi, rata-rata 9. Tidak lulus karena nilai testnya di SMPN tersebut kecil padahal bobot hasil test 60% dan NEM hanya 40%. Untungnya pendaftaran SMPN SSN dan regular masih dibuka yang mana dasar penerimaannya berbasis NEM.

Pemilihan sekolah terutama untuk SMP dan SMA cukup penting karena pelajaran SMP dan SMA sudah cukup sulit. Fakta membuktikan bahwa lulusan SMP dan SMA favorite banyak yang diterima di perguruan tinggi ternama dalam negeri bahkan banyak yang mendapat beasiswa ke luar negeri. Selain itu link teman-teman dari sekolah favorite sedikit banyak berguna kelak saat mencari relasi bisnis atau saat bekerja nanti.

Lalu bagaimana jika kurang beruntung mendapatkan sekolah favorite? hhmm tidak perlu berkecil hati karena banyak jalan menuju Roma hehe... Lulusan sekolah favorite juga banyak yang failed di dunia kerja, tergantung individu juga koq. Di dunia tanpa batas sekarang ini, ilmu bisa diperoleh dari mana saja. Justru membuat jadi kreatif untuk mencari tahu sebanyak mungkin peluang meningkatkan kualitas diri. Menjadi lebih semangat untuk menyamai murid yang bersekolah di sekolah favorit. Dari internet buanyakkkkk banget ilmu bisa diperoleh. Makanya banyak sekarang yang memilih home schooling terutama yang sudah bisa mempunyai penghasilan di masa sekolah seperti para artis muda. Namun kalau di sekolah kita belajar bekerjasama dengan teman, belajar menghadapi berbagai karakter teman: hal yang memang diperlukan di dunia nyata. Jadi semua tergantung niat sang anak, mau maju atau biasa-biasa saja? Kalau mau maju ayo berusaha dengan tidak tergantung kepada sekolah maupun lingkungan. Anak pertama saya juga hanya sekolah regular namun saat melanjutkan sekolah bisa lulus test dengan nilai lumayan. Karena tidak bisa mengandalkan sekolah maka saya membekali anak saya dengan pendalaman materi baik melalui internet dll. Saya bilang ke anak saya jika sekolah atau lingkungan tidak bisa kita harapkan maka kitalah yang harus berusaha sendiri. Jangan tergantung dari orang lain. Keuntungan bila bersekolah di sekolah favorite yakni kita bergaulnya dengan orang –orang pintar/smart tentunya akan berpengaruh dalam sikap kita juga. Juga bisa memberikan semangat untuk maju bersama-sama. Kalau lingkungan kita positive kan lebih mudah untuk kita menular jadi positif. Kalau cuma sedikit yang mau maju apalagi kalau hanya kita sendiri tentu effortnya lebih besar. Belum lagi godaannya dari teman-teman.

So, mau sekolah favorite atau tidak tergantung kita kan? kalau kita sukses kelak , kita juga yang merasakan, jadi effort dari diri sendiri memang yang paling menentukan kesuksesan diri kelak.


Widifayra 
Mau Langsing dengan Nutrisi Sehat Alami?
Just klik

Labels: , , , , , , ,


posted by Widifayra @ 7:13 am   0 comments
Tuduhan Orang
Tuesday, June 19, 2012
Tuduhan Orang

Tadi iseng buka blog ini ada yang kasih comment di salah satu postingan saya tentang Mengapa saya tidak memilih SDN RSBI. Commentnya menuduh saya sombong karena tidak memilih SDN RSBI walaupun Khayra diterima di sana sehingga menghalangi jatah anak lain yang harusnya lulus. Saya pun dikatainnya dari kalangan borjuis karena masukkan anak di swasta. Belum cukup, dia pun menyumpahi agar sekolah swasta menjadi bangkrut. Astagfirullah... 

Dua alasan utama saya tidak memilih SDN RSBI itu karena standar nilai yang tinggi serta lokasinya yang jauh dari rumah. Karena dua alasan itu sehingga menambah alasan2 lain yang membuat saya tidak memilih sekolah itu. Karena lokasinya yang jauh saya harus ekstra energy untuk antar jemput, antar makan siang, nungguin saat ekskul, antar les dll. Standar nilai yang tinggi pun membuat saya harus ekstra mengajar Khayra lagi di rumah. Saya pun tidak tega memaksa anak menghapal pelajaran untuk memenuhi standar nilai yang tinggi.
Memasukkan anak saya ke TK Ladybird atau SDS PH sama sekali bukan untuk gaya-gayaan atau gengsi-gengsian. Saya tentu sudah memikirkan secara matang dan menghitung untung ruginya bagi Khayra dan bagi saya. Pencarian sekolah sudah saya mulai dari setahun yang lalu dan saya tidak menemukan sekolah swasta umum di sekitar tempat tinggal saya. Ada juga SDS Lemuel (SD katholik). Karena saya muslim saya tentu tidak memilih SD itu. SD yang lain yang dekat hanya SD regular dan SSN. Pengalaman yang kurang bagus di SDN regular membuat saya tidak memilih SD itu. SDN SSN juga kurang lebih sama walau mungkin lebih bagus sedikit (berdasarkan cerita teman saya yang anaknya di SD SSN). Jadi saya tidak punya piihan lain.

Saya tidak punya supir untuk antar jemput anak. Saya pun tidak punya babysitter yang bisa mengurus anak. Saya juga tidak punya pembantu di rumah. Semua saya kerjakan sendiri untuk anak saya. Selama Khayra di TK saya sangat kecapekan untuk antar jemput sekolah sehingga saya hampir tidak bisa mengerjakan pekerjaan lain yang menghasilkan duit. Saya berhenti bisnis karena energy saya terkuras untuk antar jemput. Di sekitar rumah saya hanya ada 1 sekolah swasta yang paling dekat dengan rumah ya SD Permata Harapan itu. SD swasta yang lain jauh dari rumah spt Muhammadiyah, Al-Azhar. Meskipun biayanya lebih murah tapi karena jauh saya jadi tidak bisa kerja. Jadi rasanya sama saja jika saya sekolahkan anak saya di SD PH yang dekat dengan biaya lebih mahal tapi saya bisa kerja cari duit dan energy saya bisa dipakai ke hal lain.

Anak saya yang pertama sekolah di SDN Reguler yang gratis-tis. Kenapa Khayra ga saya masukkan ke SDN Reguler? Walau murah tapi saya capek jika harus mengajar lagi/ memaksa anak untuk menghapal seperti waktu anak saya yang pertama dulu. Pencapaian belajarnya juga sangat jauh dari harapan. Tapi karena anak pertama saya dulu lebih mandiri maka saya masih bisa tenang. Anak kedua saya ini lebih manja. Mana saya ini orang yang sangat tidak sabar mengajar anak. Hal-hal inilah yang menjadi pertimbangan saya memilih SDN PH. Selain itu saya juga mempersiapkan untuk kembali ekstra perhatian terhadap anak pertama saya yang dua tahun lagi akan menghadapi UAN. Walaupun sekarang sudah bersekolah di SMPN RSBI tetap saya tidak bisa melepaskan begitu saja. Saya sendiri yang harus tahu sampai di mana kemampuan anak saya, sampai dimana pencapaian belajarnya. Tentu saya membutuhkan energy yang lebih besar dbandingkan persiapan UAN saat SD.

Dengan tidak mendaftar ulang di SDN 11 Kebon Jeruk maka kursi untuk Khayra bisa dikasih ke orang lain. Rasanya setiap sekolah saat pengumuman kelulusan pasti sudah memperkirakan akan ada yang tidak mendaftar ulang sehingga bisa diisi dengan cadangan jadi kami tidak menghalangi jatah orang lain.

Masuk SDN RSBI juga bayar lho dan mahal juga terkadang lebih mahal dari SD Swasta. Tahun ini di SDN 11 uang masuknya 6 juta dan bulanan 230rb. Kalau saya hitung-hitung biaya sekolah di SDN 11 + les bhs Inggris + les mandarin +ongkos bensin + ongkos cape + peluang saya dapat duit dari kerja = lebih mahal dari biaya sekolah di SD PH. Jadi seperti kata suami saya, mahal atau tidak itu relative. Seandainya SDN 11 dan semua tempat les ada dalam komplek dkt rumah, pasti saya akan memilih SDN 11. Saya pun rencananya akan memindahkan Khayra dari SD PH ke SDN saat Khayra kelas 4 untuk persiapan UAN karena SMP nanti mau saya masukkan di SMPN RSBI itulah mengapa saya ikut kan dia test untuk mengetahui kemampuan anak saya. Waktu test di SDN 11 juga banyak ibu2 yang tidak mau mendaftar ulang jika hasil test peringkat anaknya di atas 10 besar karena kasihan jika anak belum siap untuk dijejalin pelajaran standar tinggi. Nilai kematangan emosi Khayra 60-an (saya lupa pastinya), kebayang kan kalau anak saya yang belum terlalu matang emosinya lalu dipaksakan untuk mengejar nilai. Jika anak tidak bisa memenuhi standar nilai minimum 4 mata pelajaran maka bukan lagi tinggal kelas tapi DO. 

Orang yang comment di postingan saya itu juga menyumpahi agar sekolah swasta bangkrut. Astagfirullah...mendoakan buruk ke orang lain niscaya doa itu akan berpulang pada yang mendoakan. Demikian pula jika kita mendoakan yang baik bagi orang lain niscaya doa yang baik itu akan berpulang pada kita. Menyumpahi dan menuduh orang yang tidak-tidak kepada orang lain, mengatakan saya sombong dan borju berarti dia menganggap dirinya lebih baik sehingga tega menyumpahi dan menghujat orang lain? Jadi siapa sebenarnya yang sombong? Adakah pernyataan saya atau kelakuan saya yang menyakiti hatinya atau menjelekkannya? Juga sama sekali tidak ada pernyataan saya yang menjelekkan SDN 11 Kebon Jeruk. Kalau memang sekolah itu jelek, untuk apa saya mendaftarkan anak saya ke sana? Dan saat anak saya dinyatakan lulus, kenapa saya harus bimbang memilih antara SD PH atau SDN 11 Kebon Jeruk?

Hargailah pilihan orang lain. Toh tidak merugikan Anda juga kan? kenapa Anda harus marah?
Mohon kepada orang yang menghujaat saya. Jika Anda tidak tahu kondisi yang sebenarnya jangan men-judge by its cover. Bagaimana jika orang yang Anda hujat tidak memaafkan Anda. Tapi saya memaafkan orang yang menghujat saya dan mengembalikan kepada Allah SWT. Hanya Dia-Lah yang tahu sebenarnya dan Dia Maha Adil.

Widifayra
Mau Langsing dengan Nutrisi Sehat Alami?
Just klik

Labels: , , , ,


posted by Widifayra @ 9:19 am   0 comments
Regrouping SDN di Jakarta
Tuesday, June 05, 2012
Regrouping SDN di Jakarta
 
Surat Edaran Diknas Jakarta yang disampaikan melalui website sd.ppdbdki.org menjawab keheranan saya mengapa SDN 11 RSBI Kebon Jeruk tiba-tiba menambah daya tampung penerimaan murid baru kelas 1 dari yang sebelumnya tercantum di website sd.ppdbdki.org adalah sebanyak 56 orang menjadi 84 orang yang baru kami ketahui saat pengumuman kelulusan. 



Sejak naik status menjadi RSBI, SDN 11 Kebon Jeruk hanya menerima 28 murid kelas 1 (1 kelas) dan baru tahun ini melonjak menjadi 3 kelas padahal murid kelas 6 yang lulus tahun ini sebanyak 2 kelas.  Lalu di mana ruang kelas tambahan jika ada penambahan 1 kelas lagi?  Lagi pula sekolahnya tidak bertingkat seperti sekolah Falya dulu padahal SD-nya Falya berstatus regular.

Ternyata oh ternyata SDN 11 Kebon Jeruk digabung atau istilah kerennya Regrouping dengan SDN 12 Kebon Jeruk.  SDN 12 Kebon Jeruk ini letaknya persis di samping SDN 11 Kebon Jeruk alias dempetan.  Herannya saat pendaftaran, saya yang selalu parkir mobil di depan SDN 12 melihat banner yang terpasang di dinding sekolah tertulis kurang lebih bunyinya “Menerima murid baru tahun ajaran 2012/2013 tanpa dipungut biaya apapun”.  Banner itu sepertinya baru dicetak karena warnanya masih kinclong.  Lha kenapa tiba-tiba sekolah itu menjadi “TIDAK GRATIS”.  Semua orang juga tahu bahwa sekolah dengan embel-embel RSBI TIDAK GRATIS alias bayar! Ya bayar uang pangkal, bayar uang bulanan dan bayar kegiatan-kegiatan lain.  Kalau merujuk tahun lalu (seperti yang saya tanyakan kepada humas SDN 11) uang masuknya Rp.5 jutaan lebih dan bulanan 200-an ribu lebih.  




 (terlihat dari daftar SD reguler yang ada di website 
sudah TIDAK TERDAPAT SDN 12 Kebon Jeruk, dari SDN 10 langsung ke SDN 13)


Aneh! Terlihat tidak adanya koordinasi yang bagus di kementerian pendidikan.  Saya jadi mikir, sampai detik terakhir penerimaan, perubahan jumlah anak yang diterima masih tidak jelas.  SD dengan status regular tiba-tiba ‘naik pangkat’ menjadi RSBI setelah bergabung dengan SDN RSBI. Padahal dengan status RSBI system pengajaran serta fasilitas berbeda dengan status regular.  Saya tahu karena anak saya Falya bersekolah di SDN regular namun saat SMP Alhamdulillah bisa masuk SMPN RSBI.  Perbedaan utama dari pelajaran math dan science yang memakai Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.  Juga pelajaran Bahasa Inggris harus dengan guru yang juga cakap berbahasa Inggris.  Jangan seperti guru Falya di SDN regular dimana bahasa pengantar dalam pelajaran Bahasa Inggris disampaikan dalam Bahasa Indonesia.  Sampai kelas 6 hanya translate kosa kata.  

Pertanyaan berikutnya, guru wali kelas 1 di SDN regular masih tetap dipakai? Apakah sudah diikutkan pelatihan atau setidaknya merubah mindset mengajar dari reguler ke RSBI.  Saya sudah melihat sendiri sistem belajar di SDN reguler selama 4 tahun (hanya 4 tahun karena sebelumnya  Falya di SD swasta dan SD Percontohan) yang membuat saya bolak-balik protes ke sekolah.  

Dua sekolah yang digabung dan tentunya dengan 1 kepala sekolah, kepala sekolah SDN 11 Kebon Jeruk beserta jajarannya harus ekstra kerja keras dengan status gabungan yang ada di sekolah yang dipimpinnya.  Bayangkan untuk tahun ajaran 2012/2013 kepala sekolah harus mengelola 6 tingkatan kelas (1-6) dengan status RSBI dan 5 kelas (kelas 2-6) dengan status reguler

Yah, semoga SDN 11 Kebon Jeruk bisa tetap bagus seperti sebelumnya walau 'ketumpahan' sekolah lain.  Semoga para pengajar dari SD reguler bisa menyesuaikan dengan sistem RSBI, bukan malah menurun kualitasnya.  Soalnya murid kelas 1 yang baru masuk nantinya akan membayar uang masuk dan uang bulanan yang hampir setara dengan sekolah swasta.  Tentunya orang tua murid berharap anaknya akan memperoleh fasilitas dan pengajaran yang sepadan, setidaknya sama dengan kualitas SDN 11 sebelumnya.




Widifayra
Mau Langsing dengan Nutrisi Sehat Alami?
Just klik

Labels: , , , , , ,


posted by Widifayra @ 4:29 pm   0 comments

LANGSING & SEHAT

TOKO BAJU ONLINE

TOKO BAJU ONLINE

RAHASIA RUMAH GRATIS

RAHASIA RUMAH GRATIS

KLIK DISINI RAHASIA MENDAPATKAN RUMAH GRATIS !!! GRATIS E-BOOK SENILAI Rp.200.000,- PERSEDIAAN TERBATAS !!!

BINGUNG MENGATUR KEUANGAN ANDA???

CHECK UP FINANCIAL

SOLUSINYA DISINI !!!

About Me

Widya Astuti's Profile
Widya Astuti's Facebook profile

Click My Profile Picture To See Me @ FACEBOOK

Name: Widifayra
Home: Pos Pengumben, Kb. Jeruk, Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia
About Me: Nama saya Widya Astuti, biasanya dipanggil WIDI. FAYRA adalah gabungan nama 2 putri saya(FAlya-12 th dan khaYRA6 th). Lulusan PTN di Bogor dan pernah bekerja di salah satu Bank Swasta di Jakarta sebagai marketing kredit. Saat ini sebagai WAHM (Work At Home Mom), berbisnis untuk lebih mengembangkan potensi diri...dengan dukungan rekan-rekan yang super hebat di komunitas TDA.
Email: widifayra@yahoo.co.id
Kategori
Previous Post
Links
Bisnis
Kesehatan
Pendidikan
Comments

count webpage visits
Aku Langsing




Member of

JOIN TDA

Rekan TDA