ETIKA DI JALAN Jakarta kota macet. Menurut Traffic Management Centre (TMC) Polda Metro Jaya, diprediksi tahun 2011 jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta sebanyak 12.062.396 kendaraan (metronews.com). Ditambah lagi perilaku tak beretika orang-orang baik yang berkendara maupun yang berjalan kaki menambah macet jalanan. Para pengemudi motor seenaknya menyalip kendaraan tidak perduli akan menyerempet mobil orang lain. Saat di traffic ligt, mereka berkerumun di depan melebihi marka jalan. Paling kesel lihat motor yang memanfaatkan trotoar pinggir jalan tempat pejalan kaki berjalan atau nyeberang jalan melewati jembatan penyeberangan dengan motornya. Perilaku pengemudi mobil lain lagi. Mereka seenaknya parkir. Sering banget saya melihat banyak mobil parkir yang jelas-jelas di samping mobil itu ada tanda dilarang parkir. Belum lagi di jalan sempit yang hanya muat 2 jalur. Masya Allah teganya mereka parkir di salah satu sisi jalan. tentu saja menimbulkan macet yang mengular kemana-mana. Pernah bahkan ada 3 mobil suatu perusahaan ekspediai parker berderet di pinggir jalan depan kantornya yang hanya sekitar 20 m dari traffic light. Parahnya lagi sang supir tetap berada di dalam mobil dan menyaksikan langsung kemacetan dan kesulitan mobil berhenti saat lampu merah. Tidak habis piker dimana ya hati nurani mereka. Seandainya saya saat itu berjalan kaki ingin sekali saya memotret mobil tersebut. Sayangnya saya juga sedang berkendara mobil yang juga sulit mencari parkiran. Hanya bisa mengelus dada... Sebenarnya sulit juga mau menyalahkan sepenuhnya kepada para pengendara mobil dan motor karena lahan parkir di Jakarta sangat sedikit sementara banyak toko dan warung di pinggir jalan di mana halamannya hampir tidak ada. Jadi kalau mau berbelanja mau parkir dimana? Bingung dengan para ahli tata kota yang bekerja di pemerintahan. Atau Jakarta ini sudah terlalu ruwet sehingga seperti benang kusut yang tidak tahu mau mengurainya dari mana... Labels: jalanan, macet, personal |
Post a Comment