Hukum Alam: Pembalasan di Dunia |
Saturday, August 04, 2012 |
Hukum Alam: Pembalasan di Dunia
Dua tahun lalu seseorang pernah sms ke saya. Isinya yang mengatakan saya begini begitu sunggguh membuat saya menangis terisak-isak. Sakit hati sangat. Ingat banget saat itu bulan puasa dan saat sahur itulah saya menerima sms-nya. Belum pernah saya sesakit hati seperti saat itu sampai-sampai saat saya curhat ke seorang kerabat saya, tangisan saya nyaris membuat saya susah bernafas. Terisak-isak sampai sesak dada ini.
Jauh sebelumnya ada yang sering memberitahu saya bahwa dia dan beberapa kerabatnya sering bercerita jelek tentang saya maupun ibu saya (ibu saya sekarang sudah almh) namun saya tidak pernah perduli. Prinsip saya siapa pun yang menjelek-jelekkan saya maka hukum alam akan berlaku. Biasanya kejelekan itu akan berpulang padanya. Tidak perlu marah karena Allah Maha Adil. Kami tetap baik padanya. Tiga hari sebelum ibu saya berpulang ke Rahmatullah, ada lagi yang menyampaikan itu kepada kami. Saat itu saya hanya berpesan kepada si pemberi info, sudahlah, mereka mau bilang apapun tentang kami biar Allah saja yang membalas.
Kembali kepada cerita awal. Saking sakit hatinya saya kepikiran terus yang membuat sesak nafas saya kambuh. Seorang kerabat saya menawarkan dirinya untuk mengklarifikasi dengan orang itu namun saya menolak. Tidak perlu. Biar Allah saja yang mengklarifikasi. Saya percaya Allah Maha Adil. Itu yang saya katakan kepada kerabat saya. Nyaris 2 bulan saya bolak-balik ke dokter karena sesak nafas, namun kata dokter tidak ada kelainan. Mungkin saya banyak pikiran yang membuat asam lambung saya naik ke paru-paru sehingga terasa sesak. Saya berusaha menghilangkan pikiran itu dan mengikhlaskan kepada Allah. Memang sih biasanya saya tidak pernah perduli diomongin tapi kali ini orang itu langsung menyampaikan via sms. Duh serasa ditabok padahal dia sendiri tidak mengetahui persis duduk persoalannya.
Beberapa bulan kemudian saya sudah melupakan masalah itu sampai akhirnya saya mendengar kabar bahwa dia sedang punya masalah besar. Dan ternyata masalah yang terjadi pada keluarganya mirip bahkan melebihi dari yang pernah dia tuduhkan kepada saya. Subhanallah. Allah menunjukkan keadilannya dengan cara itu??? Wallahualam. Saya jadi bergidik. Saya tidak pernah mendoakan yang jelek kepada siapapun, juga kepada dia. Saat saya sakit hati saya tidak menyumpahinya. Saya hanya serahkan kepada Allah. Kata kerabat saya, Allah membayarnya, kontan!. Oh my God, sebenarnya saya ikut sedih juga, sehingga saya berinisiatif menghubunginya via telepon. Kebetulan momen Hari Raya dan saya pun meminta maaf. Siapa tahu sakit hati saya waktu itu membuahkan masalah itu di keluarganya walaupun tidak saya sumpahin apalagi mendoakan kejelekan padanya. Sampai saat ini kabarnya belum selesai tuh masalahnya. Semoga Allah memberikan jalan keluar yang terbaik kepada keluarga itu. Aamiin.
Dulu sekali ibu saya pun pernah difitnah kerabatnya juga. Berhubung ibu saya janda, beliau difitnah ingin merebut suami tetangganya yang juga masih kerabat kami. Sempat heboh hingga ditengahi oleh kerabat kami lainnya yang dituakan. Ternyata gosip sudah menyebar lama yang disebarkan istrinya sehingga kerabat kami yang dituakan itu menyelidiki selama berminggu-minggu. Hasilnya ternyata tidak ada hubungan khusus apapun antara ibu saya dan tetangganya. Barulah sang istri itu ditenangkan. Rupanya sang istri itu curiga karena ibu saya sudah bisa membeli motor dan kehidupan ibu saya dan adik-adiknya membaik. Ya wajar saja saat itu ibu dan adik-adiknya sudah mendapat kerja yang layak. Ibu saya guru, adiknya kerja sebagai sekretaris perusahaan negara dan adiknya yang satu lagi dosen. Maklum sebelumnya kehidupan ibu saya miskin dan tetangga kami itu kaya karena suaminya pimpinan sebuah perusahaan. Saya ingat dulu saya sering numpang nonton video di rumahnya, sering dikasih makanan jika mereka habis memetik hasil kebunnya di luar kota. Rumahnya bagus dibanding rumah nenek saya. Tapi kehidupan berputar. Beberapa tahun kemudian, sang suami wafat dan kehidupan mereka beberapa bulan setelahnya langsung berubah 180 derajat. Anak-anaknya juga tidak beres sekolahnya. Ada yang menikah dengan pengangguran, ada yang hidup bersama tanpa menikah, yang laki-laki pada menganggur. Sekolah ngga, kerja pun tidak. Semakin hari semakin menurun kualitas hidup mereka. Rumah yang tadinya mewah jadi suram, lembab. Dan saat saya kuliah dan ibu saya sudah agak longgar ekonominya (karena ibu saya selain guru juga berdagang baju/kain), sering kali ibu saya memberikan sumbangan barang-barang kebutuhan pokok ke rumahnya. terutama saat mendekati Lebaran. Memang tidak besar tapi sangat kontras dibandingkan kehidupan mereka dulunya. Dari yang sangat berkelimpahan menjadi kekurangan.
Yah itulah kehidupan. Saat kehidupan kita 'di atas' ataupun 'di bawah' perlakukanlah sama kepada setiap orang. Siapapun itu. Dan jangan sekali-kali menyakiti karena Allah Maha Adil. Saya tidak tahu ini ayat atau hadist tapi saya sering mendengar bahwa doa orang yang teraniaya akan dijabah oleh Allah. Wallahualam...
Widifayra
Mau Langsing dengan Nutrisi Sehat Alami?
Just klik
Labels: ikhlas, personal |
posted by Widifayra @ 6:07 am  |
|
|
|
|
Post a Comment