Pedagang Telur
Minggu lalu saat saya dan anak-anak hendak membeli makanan untuk buka puasa di samping di komplek, saya melihat seorang anak laki-laki menenteng 2 kantong plastik berisi telur. Anak laki-laki itu mencoba menawarkan kepada saya yang sedang menyetir mobil dengan cara mengacungkan salah satu dari kantong plastik itu. Dari gerak mulutnya saya tahu dia menawarkan jualannya kepada saya. Saya menolak dengan halus karena stock telur di rumah masih banyak. Saya berhenti di ujung jalan sambil menunggu kk Falya ke pasar. Dari kaca spion mobil saya melihat anak itu beberapa kali menawarkan kepada orang-orang yang lewat tapi tak satu pun yang membeli. Karena kasihan, saya lalu memutar mobil dan mencari anak itu. Mungkin saya lebih baik membeli beberapa butir telur sekalian menolongnya. Saya menduga anak itu menjual telur ayam kampung. Saya jarang membeli telur ayam kampung karena tidak tahu membedakan antara telur ayam kampung asli dan palsu. Sering telur ayam ras ukuran kecil dijual sebagai telur ayam kampung dengan harga mahal. Tapi kali ini saya tidak perduli, mau asli atau palsu saya beli saja, toh niatnya menolong. Rencananya saya hanya akan membeli 5 butir telur.
Saya menjumpainya saat anak itu akan berbelok ke blok lain. Wajahnya kotor, kusut dan lelah. Sungguh saya sangat kasihan padanya. Saya lalu bertanya padanya. Berikut percakapan saya dengan sang Penjual Telur (PT):
Saya : Jualan apa, Dek?
PT : Telur ayam kampung
Saya : Harganya berapa?
PT : 2000/butir
Saya : Kamu bawa berapa butir?
PT : Yang ini (di plastik tangan kanan) 30 butir, yang ini (plastik tangan kiri) 27 butir.
Saya : kamu dari mana? (saya bertanya asalnya karena logatnya sunda banget)
PT : Dari Karawang
Saya : Sama siapa ke sini?
PT : Sama adik saya, sekarang adik saya juga lagi keliling nawar-nawarin
Saya : ke sini naik apa?
PT : naik kereta tadi jam 1
Saya : sudah laku berapa?
PT : laku 3 butir
OMG, dari Karawang jam 1 siang naik kereta dan sekarang sudah jam 5 sore baru laku 3 butir? guman saya dalam hati. Saya bertanya lagi:
Saya : Orang tuamu tahu kamu ke sini?
PT : Tahu.
Karena kasihan saya akhirnya membeli 1 kantong plastik telur yang berisi 30 butir walau saya tidak tahu mau diapakan telur-telur itu. Saya hanya membawa uang 100rb dan anak itu tidak punya kembalian. Anak itu menawarkan telur-telur yang ada di kantong plastik satunya lagi.
PT : Beli yang ini juga Bu, ambil saja 45rb semuanya.
Saya : Waduhhh mau diapakan telur sebanyak ini?
Saya berpikir lagi. Kasihan juga anak ini harus pulang ke Karawang sambil menenteng telur. Untuk sampai ke rumahnya mungkin butuh waktu paling sedikit 3 jam. Ya sudahlah akhirnya saya putuskan membeli lagi 20 butir seharga 40rb jadi pas semuanya 100rb. Uang saya hanya 100rb itu di dompet.
PT : Ga apa-apa bu, ambil saja semuanya
Saya : Ah tidak, saya ambil 20 saja. Nanti kamu rugi.
Saya meminta PT mengambil 7 butir telur dan sisanya 20 butir saya masukkan ke kantong plastik milik saya.
Lega hati saya melihat anak itu melenggang dengan uang 100rb dan tersisa 7 butir telur. Semoga bermanfaat buatmu ya, Dek. Dan semoga kelak kamu menjadi pedagang yang sukses dan berhasil. Aamiin.
Widifayra
Mau Langsing dengan Nutrisi Sehat Alami?
Just klik
Labels: personal, sedekah |
Post a Comment