Hikmah
Liburan semester ini seperti biasa kami akan menghabiskannya
di Tegal. Rencananya kami akan berangkat
ke Tegal hari Minggu siang tanggal 23 Desember 2012 karena hari Sabtu pagi saya
masih harus ke sekolah anak saya –Falya- untuk mengambil raport. Jadwal kereta api ke Tegal 2x sehari yakni jam 11:00 siang dan jam 18:45. Namun
saya lebih nyaman berangkat siang karena sore sudah sampai di Tegal.
Ternyata rencana menjadi berubah setelah mba Amy-President Team
Herbalife- istri dari pak Hadi Kuntoro mengabarkan ke saya bahwa akan ada pertemuan Herbalife (STS) di
Tegal pada hari Minggu pagi tanggal 23 Desember. Wuihhh semangat deh saya mau ikutan STS. Segera saya menelpon suami untuk membeli
tiket kereta api ke Tegal untuk hari Sabtu malam tanggal 22 Desember . Saya takut kehabisan tiket maklum hari Sabtu
itu kan hari terakhir sekolah/ penerimaan raport, otomatis sorenya orang-orang
sudah pada berlibur keluar kota. Suami
saya menunda-nunda pembelian tiket walau setiap hari sudah saya ingatkan, alasannya
tidak sempat membeli. Suami saya baru
beli tiket 4 hari kemudian. Dan
ternyata tiket untuk hari Sabtu sudah habis.
Bukan main marahnya saya karena saya sudah mewanti-wanti dari jauh hari
namun suami meyakinkan saya bahwa tiket pasti ada. Yah terpaksalah kami berangkat ke Tegal hari
Minggu siang. Untuk acara STS di Tegal
biar suami saya saja yang ikut.
Belakangan saya sangat bersyukur kami tidak jadi berangkat
hari Sabtu 22 Desember. Hari Sabtu
sekitar jam 2 siang langit di Jakarta mulai gelap. Hujan pun turun sangat-sangat deras dari
biasanya. Angin pun sangat kencang,
belum lagi suara kilat yang menggelegar.
Kami bertiga: saya-Falya-Khayra sedang tidur-tiduran di kasur seraya
saya mengatakan kepada anak-anak betapa beruntungnya kita di saat hujan begini
kita masih bisa menikmati saat santai di tempat tidur, bercanda sambil
menikmati udara yang sejuk. Beberapa
menit kemudian teriakan Khayra mengagetkan kami. Ini untuk pertama kalinya terjadi sejak
rumah ini direnovasi 2 tahun yang lalu.
Khayra menunjuk ke tembok kamar yang ternyata sudah dialiri air dari
plafond. Segera saya meminta Falya
mengambil baskom atau ember di tempat cucian untuk menampung air hujan yang
merembes. Belum habis kekagetan saya,
terdengar suara Falya dari belakang/ruang cuci memanggil saya. Saya pun bergegas ke belakang. Oh my God, ruang cuci kami kebanjiran air
dari balkon atas/ruang jemur. Saya pun
berlari menuju parit depan. Biasanya
kalau ruang cuci kebanjiran itu karena parit di depan mampet oleh sampah daun. Namun kali ini parit depan ternyata tidak
mampet dan air mengalir lancar. Lalu mengapa ruang cuci kami kebanjiran? Saya pun lari kembali ke belakang dan mencoba
merogoh saluran air mungkin ada sampah yang nyangkut. Tapi tidak ada sampah yang nyangkut di saluran
air ruang cuci. Masih kebingungan
mengatasi banjir, Falya kembali berteriak dari kamar. Air mengalir deras dari plafond dan jatuh di
lubang kabel AC. Ya Allah apalagi
ini... Yang bisa kami lakukan hanya
dengan menampung air hujan yang mengalir dari plafond dengan ember. Untungnya hujan mereda sehingga banjir di
ruang cuci pun surut. Sekitar jam 5 sore
kami baru bisa sedikit bernafas lega.
Ya Allah inikah jawaban mengapa kami tidak mendapatkan tiket
utuk Sabtu sore? Bagaimana jika kami
jadi berangkat hari Sabtu sore ini. Di
saat lagi bersiap-siap menunggu taksi yang akan mengantarkan ke stasiun, banjir
melanda ruang cuci dan bocor yang lumayan deras di kamar kami? Bagaimana mungkin saya meninggalkan rumah
dalam keadaan bocor dan banjir?
Tidak hanya itu alasan Allah menunda keberangkatan kami ke
Tegal. Dari berita di TV dan detik.com, Sabtu
sore itu, jalan Thamrin macet total.
Bahkan Bus Trans Jakarta pun tidak bisa menembus jalan Thamrin karena
banjir!!! Seluruh jalan menuju Stasiun Gambir
dari arah rumah kami terputus. Dan
karena kami ke stasiun Gambir dengan Taksi, saya yakin tidak akan ada taksi
yang bersedia mengantarkan kami ke sana, bahkan mungkin untuk menjemput kami ke
rumah pun tidak bisa karena macet dimana-mana.
Otomatis tiket kereta kami bertiga kan hangus (berarti uang Rp.165rb x 3 tiket melayang dengan sukses) dan belum tentu kami bisa
mendapatkan tiket untuk jadwal keberangkatan esok harinya.
Tidak henti-hentinya saya bersyukur akan hal ini. Apalagi besok harinya langit cerah dan satu
jam sebelum kami berangkat ke Tegal, saya berhasil meminta tolong tukang
bangunan untuk memperbaiki genteng kami yang bergeser yang menyebabkan air
hujan jatuh ke plafond. Alhamdulillah...
Hikmah yang saya dapatkan dari kejadian ini bahwa janganlah
menghujat atau menyesali jika ada rencana kita yang sudah disusun rapih dan
sudah diupayakan semaksimal mungkin ternyata mengalami hambatan atau
penundaan. Yakinlah bahwa itu semua
adalah rencana Tuhan yang terbaik untuk kita.
Pasti ada hikmah di balik semua itu.
Allah sudah tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya.
Widifayra
MAU TURUN BERAT BADAN??? MAU LANGSING???
Labels: hikmah, personal |
Post a Comment